DPRD Sulteng Konsultasi Kawasan Ekonomi di Batam

id KEK, batam, DPRD

DPRD Sulteng Konsultasi  Kawasan Ekonomi di Batam

Anggota Komisi II DPRD Sulawesi Tengah saat mendengar penjelasan dari salah seorang tim pengembangan Badan Kepengusahaan Batam di Batam, Jumat (22/11). (Foto:adha nadjemuddin)

Yus mengatakan Sulawesi Tengah perlu banyak belajar dari Batam karena daerah ini telah menjadi katalisator perekonomian Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Batam (antarasulteng.com) - Komisi II DPRD Sulawesi Tengah meminta sejumlah masukan ke Badan Pengusahaan Batam di Batam, Kepulauan Riau, terkait dengan rencana implementasi kawasan ekonomi khusus (KEK) di Kota Palu.



Pertemuan tersebut dipimpin Ketua Komisi II Yus Mangun dan diterima oleh beberapa orang dari "One Stop Team Batam" di Gedung Badan Pengusahaan Batam, Jumat sore.



"One Stop Team Batam" adalah tim yang dibentuk Kementerian Perekonomian yang bertugas memberikan pelayanan maksimal baik kepada perusahaan dalam negeri, perusahaan luar negeri maupun kepada pemerintah daerah.



Yus Mangun mengatakan tujuan kunjungan Komisi II tersebut salah satunya untuk membangun sinergi antara DPRD dan Pemprov Sulawesi Tengah guna percepatan pembangunan KEK Palu.



Yus mengatakan Sulawesi Tengah perlu banyak belajar dari Batam karena daerah ini telah menjadi katalisator perekonomian Indonesia di kawasan Asia Tenggara.



"Apalagi Sulawesi Tengah saat ini sedang mempersiakan KEK," katanya.



Politisi Partai Golkar itu mengatakan sejarah pembentukan otorita Batam sebagai pintu gerbang ekonomi nasional selama 42 tahun sudah melalui berbagai macam tantangan dan masalah.



Rombongan anggota Komisi II DPRD tersebut disuguhkan sejumlah informasi tentang kondisi kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam.



Penyajian informasi itu dilengkapi dengan dokumen video, teks dan statistik tentang kemajuan kawasan perdagangan bebas.



Sekretaris Sub Bidang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Batam Gunadi, mengatakan jumlah penanaman modal asing di Batam saat ini sudah mencapai 636 perusahaan dengan jumlah investasi sebanyak 1.688.690 dolar AS.


Perusahaan paling banyak dari Singapore sebanyak 427 perusahaan, selebihnya dari China, Korea, Taiwan dan Malaysia.