Gubernur Bangga Ekonomi Sulteng Tetap Menggeliat

id Gubernur

Gubernur Bangga Ekonomi Sulteng Tetap Menggeliat

Gubernur Sulteng Drs H Longki Djanggola, MSi (kiri) bersama Gubernur Sulbar Drs H Anwar Adnan Saleh. (ANTARANews/Rolex Malaha)

...semua kepala daerah memiliki pekerjaan rumah yang masih cukup besar dan berat untuk memperbaiki infrastruktur..." kata gubernur.
Palu (antarasulteng.com) - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengaku bangga karena pertumbuhan ekonomi daerahnya masih bisa meningkat secara signifikan bahkan menduduki peringkat kedua nasional pada 2013 di tengah-tengah perlambatan yang melanda berbagai daerah, terutama di Sulawesi.

"Pada 2013 ekonomi kita dengan migas masih tumbuh 9,38 persen, naik dibanding 2012 sebesar 9,27 persen. Angka itu merupakan yang tertinggi di antara enam provinsi se-Sulawesi dan tertinggi kedua di Indonesia setelah Papua," katanya kepada Antara dalam wawancara khusus menjelang HUT Emas (ke-50) Provinsi Sulteng, 13 April 2014, di ruang kerjanya di Palu, Jumat.

Pertumbuhan ekonomi tanpa migas, kata Longki yang didampingi Ketua Bappeda Prof. Dr Patta Tope, justru lebih tinggi lagi yakni mencapai 9,72 persen atau naik dibanding 2012 sebesar 9,45 persen. Realisasi pertumbuhan tersebut jauh melampaui target dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) yakni 8,35 persen pada 2013, katanya menambahkan.

Ia mengaku gembira dengan kemampuan daerah meningkatkan pertumbuhan tersebut karena daerah-daerah di sekeliling Sulteng justru terjadi pelambatan.

Gubernur menyebutkan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang turun dari 8,37 persen pada 2012 menjadi 7,65 persen pada 2013, Sulawesi Barat turun dari 9,01 menjadi 7,16 persen, Sulawesi Tenggara turun drastis dari 10,41 menjadi 7,28 dan Sulawesi Utara turun dari 7,86 menjadi 7,45 persen sedngkan Gorontalo naik sangat tipis dari 7,71 menjadi 7,76 persen.

Meningkatnya aktivitas ekonomi riil di Sulteng tersebut, kata Longki, berdampak pada peningkatan PDRB perkapita dari Rp18,50 juta pada 2012 menjadi Rp21,05 juta pada 2013 diiringi dengan turunnya angka kemiskinan dari 14,74 persen(406.600 jiwa) pada 2012 menjadi 14,32 persen (400.070 jiwa) pda 2013.

"Tahun 2013, Sulteng meraih penghargaan MDGs sebagai daerah terbaik di Indonesia dalam menurunkan angka kemiskinan, meski angka kemiskinan 14,32 persen tersebut masih berada di atas angka rata-rata nasional," ujarnya.

Sulteng, kata Longki, memiliki peluang untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperbaiki pendapatan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan karena memiliki sumber daya alam yang cukup besar.

"Namun kendala besar kita adalah pada penyediaan dan kualitas infrastruktur, terutama jalan dan jembatan di tingkat kabupaten yang masih memprihatinkan sehingga masih menimbulkan ekonomi biaya tinggi," ujarnya.

Karena itu, ke depan, kta Longki, semua kepala daerah memiliki pekerjaan rumah yang masih cukup besar dan berat untuk memperbaiki infrastruktur, tidak hanya jalan dan jembatan tetapi juga transportasi dan telekomunikasi serta infrastruktur ekonomi seperti lembaga-lembaga pembiayaan baik bank maupun non-bank.

Terkait kemungkinan merosotnya pertumbuhan ekonomi Sulteng akibat penghentian ekspor mineral mentah, terutama nikel, Longki mengaku, Sulteng akan kehilangan banyak devisa pada 2014 ini, namun pertumbuhan ekonomi masih akan tetap signifikan meski terjadi sedikit pelambatan.

"Kita tetap optimistis ekonomi Sulteng akan tumbuh di atas angka 8 persen pada 2014 karena investasi tahun ini cukup besar baik di sektor pertambangan dan energi maupun sektor lain, terutama dengan ditetapkannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu awal 2014 ini," ujarnya. (R007/I006)