Pabrik Mini PPI Donggala Mulai Ekspor Tuna

id tuna, donggala

Pabrik Mini PPI Donggala Mulai Ekspor Tuna

Kadis Kelautan dan Perikanan SUlteng Hasanuddin Atjo (kanan) melepas ekspor ikan tuna beku dari PPI Donggala, Sabtu (12/4). (ANTARASulteng/Rolex Malaha)

Dengan beroperasinya "mini plant" di PPI Donggala, harga tuna nelayan naik," kata Wawan.
Donggala, Sulteng, (antarasulteng.com) - Pabrik pengolahan ikan skala kecil (mini plant) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Sulawesi Tengah, mulai merealisasi ekspor ikan tuna beku yang akan dikirim ke Amerika Serikat dan Jepang melalui Makassar, Sulawesi Selatan.

Ekspor tersebut ditandai dengan pelepasan dua ton ikan tuna beku jenis "yellow fin" oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo di PPI Donggala, sekitar 35 kilometer utara Kota Palu, Sabtu siang.

Ikan tuna beku yang masih utuh itu merupakan hasil olahan "mini plant" ikan tuna di PPI Donggala yang dibangun dengan dana APBN Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2013 dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri KP Sharif Cicip Sutardjo pada Hari Nusantara 14 Desember 2013 di Donggala.

Pabrik mini pengolahan ikan tuna berkapasitas 50 ton perhari itu kini dikelola oleh PT. Prima Indo Tuna Makassar, setelah menandatangani nota kesepahaman dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng pada awal April 2014.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Perikanan Dinas KP Sulteng Agus Sudaryanto mengemukakan, selama 2014 ini, ekspor tuna dari PPI Donggala sudah mencapai 15 ton, sedangkan ekspor yang dilakukan hari ini merupakan ekspor perdana setelah Dinas KP Sulteng menandatangani MoU dengan PT. Prima Indo Tuna Makassar.

Ikan tuna beku ini akan diekspor melalui Makassar, Sulawesi Selatan, karena Sulawesi Tengah belum memiliki pesawat cargo khusus untuk ekspor komoditas agro dan hasil perikanan segar.

Dari Palu ke Makassar, ikan tuna ini akan diangkut lewat darat dengan kendaraan khusus dengan waktu perjalan sekitar 24 jam karena sulit mendapatkan tempat di cargo angkutan udara komersial dan ongkos angkutnya juga mahal.

Ketua Unit Pengelolaan Ikan (UPI) Lestari PPI DOnggala, yang merupakan agen PT. Prima Indo Tuna, Wawan mengemukakan bahwa ikan-ikan ini akan diekspor ke beberapa negara tujuan seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Ikan tuna yang akan dikirim ke Amerika Serikat akan diolah lagi di Makassar menjadi daging ikan (loin), sedangkan ekspor ke Jepang dikirim dalam bentuk utuh.

"Sebenarnya kami bisa mengolah ikan tuna ini menjadi loin di mini plant PPI Donggala, tetapi fasilitas belum lengkap karena `mini plant` ini belum memiliki `ABF` (air blast freezer) yakni ruang khusus pembekuan ikan sebelum di simpang dalam gudang pendingin," ujar Wawan.

Dengan beroperasinya "mini plant" di PPI Donggala, kata Wawan, harga tuna nelayan menjadi naik karena bisa dijual dalam bentuk segar untuk diolah di pabrik skala kesil ini.

Untuk tuna kualitas A dengan berat lebih dari 30 kg/ekor kini dibeli dengan harga rata-rata Rp31.000/kg, ikan dengan berat 20-30 kg/ekor berharga Rp25.000/kg dan ikan dengan berat 10-20 kg/ekor dibeli seharga Rp18.000/kg.

Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo mengatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya melengkapi fasilitas di pabrik pengolahan ikan skala kecil di PPI Donggala ini karena pabrik ini sangat strategis untuk meningkatkan nilai tambah bagi para nelayan.

Masih dibutuhkan investasi baru sekitar Rp1,5 sampai Rp2 miliar untuk melengkapi fasilitas di pabrik ini seperti membangun ABF dan membenahi air bersih. Kalau ABF, ruangannya sudah ada hanya alat pendinginnya yang masih pelru diadakan.

"Mudah-mudahan tahun anggaran ini, KKP mengalokasikan anggaran untuk ini," ujarnya.

Harga ikan tuna di PPI Donggala dewasa ini rata-rata baru mencapai 3,2 dolar AS/kg padahal harga ekspor di Amerika Serikat dalam bentuk loin bisa mencapai 40 dolar AS/kg.

"Kalau kita bisa mengolah semua ikan tuna menjadi loin di pabrik mini ini, maka harga tuna bagi nelayan bisa naik dua kali lipat lebih dari 3,2 dolar AS/kg saat ini menjadi 7 sampai 10 dolar AS/kg," ucapnya.

Kendala utama yang menyebabkan harga tuna Sulteng masih rendah, kata Hasanuddin, karena unit pengolahan ikan tuna belum memadai dan sarana transportasi udara atau kapal kontainer ikan segar dari Palu ke Makassar atau Surabaya sebagai pintu ekspor masih sangat terbatas dan mahal.

PPI Donggala selama 2013 memproduksi ikan tuna sebanyak 550 ton dan perode Januari-April 2014 sudah mencapai 113 ton. (R007/C004)