Butuh Rp3 Miliar Lengkapi Miniplant Tuna Donggala

id tuna, perikanan, kelautan

Butuh Rp3 Miliar Lengkapi Miniplant Tuna Donggala

Kadis Kelautan dan Perikanan SUlteng Hasanuddin Atjo (kanan) melepas ekspor ikan tuna beku dari PPI Donggala, Sabtu (12/4). (ANTARASulteng/Rolex Malaha)

Palu,  (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah masih membutuhkan dana sekitar Rp3 miliar lagi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melengkapi fasilitas pabrik skala kecil (miniplant) pengolahan ikan tuna di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala agar berfungsi lebih maksimal.

"Kebutuhan mendesak di `miniplant` ini adalah pembangunan air blast freezer (ABF), yakni sebuah ruangan tempat membekukan ikan dengan suhu sampai -45 derajat celsius," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Kamis.

Miniplant ini dibangun tahun 2013 dengan dana APBN Kementerian Kelautan dan Perikanan senilai hampir Rp1,5 miliar dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri KP Sharif Cicip Soetardjo pada Hari Nusantara, 14 Desember 2013.

Menurut Hasanuddin Atjo, untuk membangun ABF di pabrik mini ini dibutuhkan dana sekitar Rp2 miliar sedangkan Rp1 miliar lagi untuk memperbaiki air bersih karena pencucian ikan harus menggunakan air berkualitas standar internasional agar ikan olahan tidak terjangkit bakteri yang bisa berakibat penolakan pembeli mancanegara.

Sebenarnya, kata Hasanuddin, ruang untuk ABF sudah tersedia namun peralatan pendinginnya yang belum ada, sedangkan gudang pendingin (cold storage) untuk menimbun ikan olahan yang keluar dari ABF sudah tersedia dan siap operasi.

Sementara jaringan air bersih, katanya, juga sudah tersedia, namun masih perlu alat sterilisasi karena miniplant ini diproyeksikan akan mengolah ikan tuna menjadi loin (daging ikan) sebelum di ekspor.

"Daging ikan (loin) itu sangat sensitif terhadap air pencucian. Kalau tidak steril, mudah sekali berubah kualitasnya sehingga pasti ditolak pembeli luar negeri, bahkan bisa-bisa kita di-blacklist," kata Wawan, staf PT. Prima Indo Tuna Makassar yang mengelola miniplant tersebut.

Bahkan, kata Wawan, beberapa pabrik tuna loin di Makassar dan Jawa menggunakan air ozone untuk mencuci ikan sehingga terjamin sekali kualitasnya.

Miniplant ikan tuna di PPI Donggala diproyeksikan mampu menghasilkan 1.000 ton ikan tuna kualitas ekspor setiap tahun.

Hingga saat ini, ikan tuna dari PPI Donggala diekspor melalui Makassar, Sulawesi Selatan, karena masih harus menjalani penanganan khusus di pabrik yang lebih lengkap fasilitasnya untuk pembekuan yang standar dalam ABF dan sebagian lagi diolah menjadi loin sebelum diekspor.

Menurut Wawan, perusahaannya mengekspor tuna ke berbagai negara terutama Amerika Serikat dan Jepang. Pasar Jepang meminta tuna beku yang masih utuh sedangkan pembeli Amerika Serikat meminta daging ikan (loin).

Harga jual tuna hasil olahan dewasa ini di Makassar antara 7 sampai 10 dolar AS sedangkan pembelian di tingkat nelayan di Donggala rata-rata 3 dolar AS/kilogram.

Disparitas harga yang cukup lebar ini disebabkan mahalnya ongkos angkut dari Palu ke Makassar dan masih terbatasnya unit pengolahan tuna sehingga tuna yang dijual nelayan Donggala ke pengusaha ekspor masih sangat mentah.(skd)