Kapal Laut Moda Transportasi Mudik Rakyat Kecil

id kapal

Kapal Laut Moda Transportasi Mudik Rakyat Kecil

Illustrasi: KM Umsini (ANTARANews)

Pria itu terlihat naik turun tangga kapal penumpang milik PT Pelni yang berlabuh di Pelabuhan Pantoloan Palu, sekitar 23 kilometer utara Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah pada Jumat malam (17/7).

Lelaki bernama Frangky (56) adalah satu dari sejumlah warga Ambon yang selama ini bekerja di Kota Palu yang hendak mudik ke kampung halamannya dengan menggunakan kapal laut.

Sementara Nadia (istri) bersana dua anaknya menunggu barang mereka yang masih ada di darat untuk selanjutnya diangkut ke kapal KM Ngapulu yang akan bertolak menuju Ambon.

Suasana di Pelabuhan Pantoloan saat itu terlihat ramai dibandingkan hari-hari biasa. Para penumpang maupun keluarga yang datang mengantar sanak saudara mereka yang akan mudik memadati dermaga.

Sementara para petugas keamanan pelabuhan juga sibuk menjalankan tugas sebagai pengamanan angkutan arus mudik lebaran di pelabuhan tersebut.

"Saya hampir setiap dua tahun sekali menyempatkan diri bersama keluarga untuk pulang kampung berlebaran dengan orang tua dan keluarga," katanya sesaat sebelum kapal diberangkatkan.

Ia mengemukakan setiap mudik Lebaran selalu naik kapal laut karena biaya lebih murah dibandingkan pesawat.

Selain harga tiket pesawat cukup mahal, juga menjelang Lebaran tiket dipastikan naik. "Tapi kalau tiket kapal laut tidak naik. Kalaupun naik masih tetap bisa dijangkau oleh rakyat kecil seperti kami ini," katanya.

Sebenarnya bisa saja naik pesawat untuk pulang ke kampung merayakan lebaran bersama orang tua, keluarga dan para sahabat. "Tetapi untuk menghemat biaya lebih baik naik kapal laut meski perjalanan lima hari," katanya.

Namun demikian, uang yang tadinya digunakan untuk membeli tiket pesawat sudah bisa dipakai untuk membeli berbagai oleh-oleh dan juga bisa untuk diberikan kepada orang tua di kampung.

Harga tiket kelas ekonomi KM Ngapulu untuk Pantoloan-Ambon hanya Rp524 ribu per orang. Sementara harga tiket pesawat Palu-Ambon rata-rata di atas Rp1 juta.

Hal senada juga disampaikan Jufri (46), salah seorang warga Makassar. Ia mengatakan memilih mudik dengan kapal laut dari pada pesawat.

Apalagi menjelang hari raya Idul Fitri, harga tiket pesawat pasti naik. "Saya coba tanya di travel harga tiket pesawat untuk pemberangkatan 25 Juli 2014 sekitar Rp600 ribu," katanya.

Sedangkan harga tiket kapal untuk kelas ekonomi tujuan Makassar hanya Rp298 ribu per orang. "Jauh lebih murah. Hanya memang perjalanan dua hari dengan kapal laut," kata Jufri.

Ia juga mudik bersama istri dan anak-anaknya.

Menurut dia, mudik menggunakan kapal luat punya rasa kepuasan tersendiri baginya.

Selama pelayaran bisa menikmati perjalanan sambil melihat ombak dan juga pulau-pulau yang dilewati kapal.

Rakyat Kecil

Kepala PT Pelni Cabang Sulawesi Tengah SL Sihombing menyatakan tidak ada lonjakan arus mudik lebaran menggunakan kapal laut di daerah itu.

Penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Pantoloan dengan KM Ngapulu tujuan Tolitoli-Balikpapan-Makassar, Baubau sampai Papua pada 17 Juli 2014 normal sama seperti hari biasa.

Jumlah penumpang KM Ngapulu hanya 443 orang, padahal kapasitas angkut kapal Pelni itu mencapai 2.000 orang.

Dia berharap penumpang yang akan mudik lebaran dengan KM Umsini pada 24 Juli 2014 tujuan Balikpapan-Parepare-Makassar-Surabaya akan meningkat.

"Kami berharap penumpang yang naik bisa mencapai 1.000 orang karena merupakan pemberangkatan terakhir menjelang hari raya Idul Fitri," kata Sihombing.

Hingga posisi 18 Juli 2014, jumlah tiket KM Umsini yang sudah terjual di loket Pelni dan travel-travel di Kota Palu baru sekitar 300 orang.

Ia berharap dalam beberapa hari ini, tiket terjual terus meningkat sesuai diharapkan.

Sihombing mengaku minat masyarakat untuk naik kapal laut semakin kurang.

Tidak seperti beberapa tahun silam dimana kapal laut menjadi prioritas utama masyarakat yang bepergian ke berbagai kota di wilayah timur dan barat Indonesia.

Pada era 80-90-an, penumpang kapal laut cukup padat. Bahkan karena banyaknya sampai tiket baik kelas maupun ekonomi yang dialokasikan kepada Pelni tidak cukup.

Ada banyak penumpang yang tidak bisa berangkat karena tiket habis terjual. Setiap kapal diberangkatkan, apalagi saat menjelang hari raya Idul Fitri, Natal, Tahun Baru atau musim liburan sekolah selalu dipadati penumpang.

Bisnis kapal laut saat itu cukup menggiurkan karena penumpang cukup padat. Tapi dalam beberapa tahun terakhir penumpang semakin berkurang," katanya.

Mereka yang naik kapal laut bukan hanya rakyat kecil, tetapi juga orang-orang berduit yang tingkat ekonimi sudah mapan. "Tapi mulai 2000 sampai 2014 ini kebanyakan yang naik kapal laut hanya mereka yang ekonomi menengah kebawa.

"Ya rakyat kecil yang masih setiap naik kapal laut," katanya seraya menambahkan kapal laut kini menjadi milik rakyat kecil untuk mudik lebaran.

Kondisi tersebut membuat pendapatan Pelni Cabang Sulteng semakin berkurang pula.

"Sekarang jangan mimpi untuk bisa meraih keuntungan," katanya.

Apalagi, tambah Sihombing, tinggal ada satu armada kapal Pelni yaitu KM Ngapulu yang melayani rute dari dan ke Pelauhan Pantoloan Palu dan Dede Tolitoli.

Pada beberapa tahun lalu sampai empat kapal penumpang Pelni yang singgah mengangkut penumpang di Pelabuhan Pantoloan Palu

KM Umsini

Sihombing juga mengatakan mendapat bantuan kapal penumpang khusus yang akan mengangkut pemudik Lebaran menggunakan transportasi laut di daerah itu.

"KM Umsini akan singgah mengangkut penumpang dari Pelabuhan Pantoloan Palu menuju beberapa kota di wilayah timur," katanya.

Kapal milik Pelni itu selama ini melayani rute pelayaran di bagian barat dan timur.

Tetapi untuk mengantisipasi lonjakan arus mudik lebaran melalui jalur laut ke beberapa kota di kawasan timur, Pelni Pusat, kata Sihombing mengambil kebijakan mengalihkan sementara pelayaran ke Pantoloan.

KM Umsini hanya masuk Pelabuhan Pantoloan satu kali yaitu pada 24 Juli 2014 saja. Setelah itu, rute pelayaran KM Umsini akan kembali seperti biasanya.

Dia juga mengaku Pelni tidak bisa lagi berharap mendapat keuntungan dari bisnis transportasi kapal laut.

Penghasilan yang diperoleh dari jasa penumpang dan barangpun belum bisa menutupi biaya operasional kapal laut. "Pokoknya kita sekarang ini lebih bayak menjalankan misi sosial. Untuk cari untung jangan lagi berharap besar," ujarnya.(skd)