Perambah Taman Nasional Lore Lindu Siap Direlokasi

id tnll

Perambah Taman Nasional Lore Lindu Siap Direlokasi

Ilustrasi (antaranews)

Palu,  (antarasulteng.com) - Sejumlah perambah hutan di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah menyatakan siap direlokasi keluar dari kawasan lindung di daerah itu.

"Kami siap tinggalkan permukiman dan kebun kami yang ada di dalam kawasan, asalkan Pemkab Sigi menyiapkan lokasi untuk tempat tinggal dan juga areal kebun," kata Topan (61), salah seorang perambah di Desa Bunga, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Selasa.

Hal itu disampaikannya dihadapan Kepala Balai Besar Taman Nasional (TNLL), Sudatyatna saat pertemuan dengan para perambah.

Topan yang mengaku sudah memiliki kebun dan pondok di dalam kawasan tersebut meminta agar pihak TNLL juga memikirkan nasib mereka selanjutnya jika pindah dari kawasan.

Apalagi di tempat yang baru nanti, mereka tentu akan membangun rumah untuk tempat tinggal keluarga. Bangun rumah dan membuka kebun baru tentu tidak mudah.

Butuh biaya dan peralatan yang cukup besar untuk memulai mengolah lahan baru. "Terus dimana kami mau ambil uang membangun rumah dan menggarap kebun," katanya.

Karena itu, ia berharap pihak TNLL untuk membantu mereka. "Jangan biarkan dan tinggalkan kami begitu saja setelah keluar dari dalam Taman Nasional," pinta ayah lima anak itu.

Hal senada juga disampaikan Masturi dan Alsen. "Bertahun-tahun kami berkebun dan sudah berhasil terus diminta untuk tinggalkan kawasan tanpa ada konpensasi," kata kedua perambah itu.

Keduanya mengatakan sama sekali tidak keberatan untuk dipindahkan dari kawasan keluar kawasan.

Meski kami harus meninggalkan kebun kakao dan kopi yang rata-rata sudah berbuah, tidak ada masalah. Asalkan di lokasi yang baru nanti kami mendapat rumah dan juga lahan.

"Ini permintaan kami kepada pihak TNLL," kata Masturi dan Alsem.

Mereka juga minta agar Pemkab Sigi membangun prasana jalan menuju lokasi permukiman baru karena sekarang ini baru jalan setapak. "Tolong buka akses jalan ke lokasi relokasi yang disediakan pemerintah," pinta keduanya.

Kepala Balai Besar TNLL, Sudayatna mengatakan tugas pokok yang pertama dari balai menjaga dan mengamankan Taman Nasional.

Tugas pokok kedua adalah melestarikan keberadaan hutan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Juga termasuk di dalamnya melestarikan satwa yang ada di dalamnya.

Apalagi ada beberapa satwa yang ada dalam Kawasan Taman Nasional dan tidak ada di pulau atau provinsi lain. "Ini kami harus jaga agar tidak sampai punah," katanya.

Menyangkut apa yang diusulkan para perambah, ia berjanji akan memfasilitasinya. Pihak balai akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Sigi.

"Saya berjanji akan menyampaikan langsung kepada pak bupati dan kepada BAPPEDA Kabupaten Sigi sehubungan dengan apa yang telah diusulkan tadi," katanya.

Soal areal lokasi permukiman baru untuk para perambah di kawasan telah disediakan oleh pemerintah desa. "Ya pak Sekdes Bunga, Frans mengatakan bahwa lokasi relokasi sudah ada dan telah diukur," katanya.

Kita tetap akan mendampingi para warga perambah yang akan direlokasi sampai berhasil. "Kami akan mendampingi bapak-bapak di lokasi baru tentu sesuai dengan kemampuan dan tupoksi," katanya.

Misalkan dengan memberikan bantuan bibit-bibit tanaman pertanian, perkebunan yang dibutuhkan. Juga dengan memberkan pelatihan dan keterampilan cara bercocok tanam yang benar.

Sudayatna juga mengatakan jumlah perambah kawasan yang akan direlokasi sebanyak 28 kk. Sebelum mereka direlokasi, sudah berjalan tiga bulan ini dibina oleh petugas TNLL.

"Mereka kita bentuk jadi satu kelompok tani yang mengembangkan usaha menanam komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan dalam satu lahan percontohan," katanya.

Tiga bulan lalu, balai merintis pembukaan demplot agroforestry (kebun percontohan pengembangan tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan) yang dikelola kelompok tani Sarapi Jaya Desa Bunga.

Lahan yang menjadi demplot berada pada kemiringan sekitar 40 derajat. Demplot itu sengaja dilakukan pada areal yang miring dengan menggunakan sistem teras.

Tanaman-tanaman yang sudah dikembangkan bermacam-macam untuk pertanian seperti jagung, sawi, ketimun, srek,lingkuas, jahe, dan cabe. Lalu untuk tanaman perkebunan antara cacao, kopi, mangga, durian, kemiri dan pala.

Sementara untuk tanaman kehutanan berbagai jenis pohon seperti nantu, nyato, cempaka dan kayu hitam.

Jika demplot ini berhasil, kata Sudayatna akan menjadi contoh untuk dilaksanakan di tempat lainnya di sekitar Kawasan Taman Nasional.

Kawasan Taman Nasional selama ini cukup rawan karena ada sekitar 60-an desa yang berada dekat dengan kawasan. "Kita coba berdayakan masyarakat agar ekonomi meningkat dan mereka tidak lagi berani mengganggu kawasan," ujarnya.(skd)