Akademisi : Saatnya Tanggalkan Simbol-simbol Pilpres

id kpu, pilpres

Akademisi : Saatnya Tanggalkan Simbol-simbol Pilpres

Seruan Persatuan Indonesia -- Sebuah selebaran himbauan tentang Pilpres 2014 bergambar capres Joko Widodo dan capres Prabowo Subianto ditempel di salah satu sudut kawasan Senen, Jakarta Pusat, Minggu (20/7). Berbagai seruan dan himbauan dikumandangkan semua pihak untuk menerima dengan damai hasil Pi

Kita tinggalkan simbol nomor 1 dan nomor 2, ganti dengan nomor 3 yaitu Persatuan Indonesia
Palu,  (antarasulteng.com) - Akademisi dari Universitas Tadulako Palu Mochtar Marhum mengatakan kini saatnya semua pihak menanggalkan simbol-simbol partisan pemilihan presiden yang dapat memicu ketegangan dan sikap kurang bersahabat antarpendukung calon presiden dan calon wakil presiden.

"Kita tinggalkan simbol nomor 1 dan nomor 2, ganti dengan nomor 3 yaitu Persatuan Indonesia," kata Mochtar Marhum di Palu, Rabu.

Ia mengatakan dengan meninggalkan simbol-simbol calon presiden dari kubu yang bertarung pada Pilpres 2014 akan menyatukan kembali kekuatan Indonesia menuju Indonesia yang hebat.

"Kemenangan Pilpres 2014 adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia," katanya.

Dosen ahli bahasa yang juga aktivis perdamaian dan isu sosial humaniora itu mengatakan, masyarakat yang pernah terbelah dengan sikap politiknya yang berbeda harus bersatu untuk menjadikan Indonesia bangkit, kemudian siap berubah menjadi Indonesia hebat.

Menurut Mochtar dari sejarah demokrasi langsung, Pilpres 2014 dianggap cukup unik dan termasuk paling rumit serta penuh dinamika politik kompetisi dan tantangan cukup berat.

Pilpres yang hanya diikuti dua pasangan calon justru dirasakan cukup membingungkan masyarakat dan membuat pemangku kepentingan penyelenggara Pemilu mengalami tantangan dan kesulitan.

Ia menambahkan, puncak kebingungan dan ketegangan masyarakat terjadi ketika hasil hitung cepat dirilis delapan lembaga survei namun di sisi lain dikacaukan oleh empat lembaga survei lainnya yang hasilnya bertentangan dengan delapan lembaga survei lainnya.

Suasana yang cukup unik dan kontroversial ketika sejumlah media ditengarai terlibat ke salah satu calon presiden.

Selama kampanye juga diwarnai dengan beredarnya sejumlah instrumen propaganda politik dalam bentuk kampanye hitam yang disebarkan melalui Tabloid Obor rakyat dan Tabloid Sapu Jagad.

Karena itulah kata Mochtar saatnya menanggalkan seluruh simbol-simbol pemilihan presiden karena hanya akan membuat bangsa ini larut dalam perpecahan.(skd)