Khatib Serukan Kepekaan Sosial Sebagai Wujud Syukur

id idul, fitri

Khatib Serukan Kepekaan Sosial Sebagai Wujud Syukur

Jamaah dengan khusu' mendengarkan khutbah yang di sampaikan oleh Khotib Prof. Dr Zaenal Abdin, MAg. (Foto Sukardi)

Palu,  (antarasulteng.com) - Khatib shalat Idul Fitri 1435 Hijriah di Masjid Agung Darussalam Palu Moh Junaidin menyerukan umat Islam membangun kepekaan sosial dengan membantu sesama manusia yang menghadapi kesulitan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT.

"Orang kaya membantu pendidikan anak-anak miskin. Orang kaya membantu mereka yang sakit di rumah sakit. Semuanya sebagai wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT," kata Junaidin pada khutbah Ied di pelataran masjid Agung Darussalam Palu, Senin.

Menurut Junaidin, hidup ini akan lebih bermakna jika senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Junaidin mengutip perkataan Imam Al Gazali mengenai syukur dalam tiga hal yakni ilmu, hal dan amal.

Ilmu menunjukkan kesadaran akan nikmat Allah. Hal menggambarkan sikap kepada Allah. Sedangkan amal diwujudkan dalam seluruh anggota badan.

Shalat Ied di Masjid terbesar di Kota Palu tersebut antara lain hadir Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola bersama Wakil Gubernur Sudarto, Wakil Ketua Komisi V DPR RI Muhidin Said, Kakanwil Kementerian Agama Mohsen Alidrus dan sejumlah pejabat Provinsi Sulawesi Tengah lainnya.

Shalat Ied di masjid itu dipimpin oleh imam besar Masjid Agung Darussalam Habib Said Saggaf bin Salim Aljufri yang juga Ketua Utama Alkhairaat.

Junaidin mengingatkan kepada ribuan jamaah shalat Id yang memenuhi pelataran masjid Agung Darussalam Palu tersebut untuk mengevaluasi diri dalam memaknai Idul Fitri kali ini.

Dia mengatakan Idul Fitri merupakan hiburan murah dan obat gratis untuk menyembuhkan segala derita yang dialami umat Muslim selama ini.

Idul Fitri atau lebaran dapat mengobati kerinduan orang tua pada anaknya dan memberikan kesempatan bagi anak untuk mencurahkan baktinya kepada orang tua baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia.

Menurut dia, lebaran sekaligus mengingatkan kembali pengorbanan dan jasa-jasa keluarga yang mengantarkan seseorang menjadi sukses sampai sekarang.

Karena panggilan lebaran sebagian orang pulang kampung atau mudik dan rela berdesak-desakan di dalam kendaraan yang bising dan pengap.

Bagi pemudik kata Junaidin kondisi perjalanan pemudik yang penuh risiko tidak menjadi soal sebab momentum lebaran merupakan dambaan yang tidak mungkin ditunda atau diganti dengan apapun juga.

"Semua itu pasti mendatangkan keberkahan umur dan kemudahan rezeki," katanya.(skd)