Depok (antarasulteng.com) - Apa motif seseorang menjadi pelaku teror?
Psikolog
sekaligus peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Bagus
Takwin mengemukakan motif seseorang melakukan teror adalah kekuasaan,
prestasi, atau afiliasi.
"Yang paling menonjol dan banyak
ditemui pada pelaku teror ataupun pemimpin teror adalah motif
kekuasaan," kata Bagus di Depok, Jawa Barat, Rabu.
Bagus mengemukakan hal tersebut berdasarkan studi-studi psikologi terhadap para pelaku teror.
Berdasarkan
studi-studi tersebut, lanjutnya, tidak banyak motif prestasi dan motif
afiliasi yang merupakan keinginan mencapai sesuatu dan ikut bergabung
karena kedekatan pertemanan atau keluarga.
Bagus pernah mewawancarai sejumlah mantan pelaku teror di Lamongan sebagai salah satu responden penelitiannya.
Menurut Bagus, dia tidak menemukan pelaku teror yang memiliki gangguan psikologis atau kejadian pada masa lalu.
"Gangguan
psikologis atau kejiwaan tidak banyak berpengaruh. Ternyata psikologis
mereka baik baik saja, masa kecil mereka juga bahagia," kata Bagus.
Idamkan Mati Sahid
Dalam penelitiannya, Bagus pun menemukan bahwa para pelaku teror tersebut mengidam-idamkan mati sahid yang menjadi tujuannya.
Kelompok teror tersebut, menurut Bagus, lebih mementingkan kehidupan akherat ketimbang hidup di dunia.
"Mereka lebih menginginkan kehidupan setelah mati," ujar Bagus.
Namun,
Bagus mengatakan, dirinya belum mengetahui alasan seseorang mengidamkan
hal tersebut. "Perlu ada studi lebih lanjut," katanya.
Karakteristik Pelaku Teror
Pelaku teror juga bisa dikenali dari ciri-ciri cara berpikirnya.
Bagus
menguraikan, pelaku teror merasakan kekalutan dalam dirinya, seperti
marah terhadap situasi saat ini, merasa dunia berjalan secara tidak
baik, dan menganggap orang lain tak bisa melakukan apapun, merasa
diabaikan, merasa tidak adil dan tak berdaya terhadap situasi.
"Pelaku teror tidak mau membicarakan masalah lagi, tapi ingin langsung melakukan tindakan nyata," ujar dia.
Dengan melakukan tindakan teror, lanjut Bagus, ada perasaan-perasaan yang didapat oleh pelaku setelah menjalaninya.
"Mereka
akan mendapatkan identitas sosial, dan penghargaan dari kelompoknya,
juga sebagai petualangan bagi yang berusia muda " kata psikolog
tersebut.
Peneliti lain dari Fakultas Psikologi UI Solahudin mengatakan para teroris rata-rata berusia 20 tahunan.
"Biasanya di bawah 30 (tahun), paling muda 16 paling tua 30," kata Solahudin.
Dalam menekan jumlah terorisme, Bagus berpendapat caranya bukan membalas dengan kekerasan.
Hal yang seharusnya dilakukan adalah mengubah persepsi pelaku teror terhadap dunia yang dianggapnya tidak baik.
"Membuat persepsi mereka bahwa dunia ini nyaman, tentram, bukan sebaliknya dilawan dengan kegeraman," kata Bagus.
Ia beranggapan, pelaku teror bisa dijauhi dari kekerasan dengan pendekatan dialog dan uluran tangan.
Metode
tersebut pun terbukti ampuh dalam membuat pelaku teror jaringan Jamaah
Islamiyah dan Moro Islamic Liberation Front, Ali Fauzi, tersentuh dan
meninggalkan dunia terorisme.
Ali pergi ke Moro, Filipina, dan ditangkap kepolisian setempat hingga dipulangkan ke Indonesia.
"Saya tersentuh dengan polisi yang menjemput saya di bandara, bahkan mengantarkan saya ke rumah ibu saya," ujar Ali.
Selain
itu, Ali meninggalkan dunia terorisme juga karena bujukan dari kedua
kakaknya, Ali Ghufron dan Ali Imron, yang mengajaknya berhenti menjadi
pelaku teror.(skd)
Berita Terkait
Presiden Rusia sampaikan belasungkawa atas serangan teror di Iran
Jumat, 5 Januari 2024 7:57 Wib
Komisi Yudisial tangani dugaan PMKH tindak kekerasan hingga teror terhadap hakim
Rabu, 13 September 2023 7:20 Wib
Terduga teroris DE simpan senjata api dalam lemari
Senin, 14 Agustus 2023 19:28 Wib
Tim Indonesia raih kemenangan telak di tengah teror suporter Kamboja
Sabtu, 6 Mei 2023 21:58 Wib
Densus terlibat tembak-menembak dalam penggerebekan teroris di Lampung
Kamis, 13 April 2023 8:27 Wib
Polisi amankan tiga terduga pelaku teror anak di Gorontalo
Minggu, 19 Februari 2023 8:23 Wib
Dewan Pers: Jurnalis ikut berperan cegah paham radikalisme berkembang
Jumat, 23 Desember 2022 21:13 Wib
Mantan Napiter sebut rawan teror setelah "kembali ke NKRI"
Senin, 30 Mei 2022 15:04 Wib