DKP Sulteng Sebar 865 Unit 'Rumah Ikan'

id rumah ikan

DKP Sulteng Sebar 865 Unit 'Rumah Ikan'

Ilustrasi - Salah satu 'fish home' yang sudah berkembang di Sulteng. (antarasulteng.com/DKP Sulteng)

...sejumlah rumah ikan yang ditebar beberapa tahun yang lalu telah berhasil meningkatkan populasi ikan dan telah mulai dieksploatasi oleh nelayan."
Palu (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah sejak 2008 hingga 2014 telah membangun dan menyebar 865 unit rumah ikan (fish home) di sejumlah daerah yang terumbu karangnya telah rusak berat.

"Kita terus perluas pembangunan fish home untuk membantu nelayan menarik ikan kembali ke habitatnya di tepi pantai," kata Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng Yunber Bamba, SPi.MSi di Kota Palu, Senin.

Menurut dia, pembangun fish home dimulai pada 2008 di Kabupaten Donggala sebanyak 25 unit dan Kota Palu 25 unit, kemudian 2009 disebar lagi ke Kabupaten Donggala 45 unit, Tojo Unauna 25 unit dan Parigi Moutong 45 unit.

Setelah terhenti dua tahun, DKP Sulteng kembali membangun 150 unit rumah ikan, masing-masing 75 unit di Donggala dan Parigi Moutong dan pada 2013 naik menjadi 165 unit yang disebar masing-masing 55 uni di Poso, Banggai dan Buol.

Tahun 2014 ini, pihaknya sedang menangani pembangunan 385 unit rumah ikan lagi yang akan disebar di Kabupaten Donggala 55 unit, Parigi Moutong (165), Banggai (55), dan Poso 55 unit.

Ia menjelaskan fish home merupakan terumbu karang buatan berupa beton bertulang yang diletakkan secara terstruktur pada dasar perairan untuk tujuan konservasi dan peningkatan stok ikan.

Fungsi utama adalah untuk menarik dan mengumpulkan ikan serta menjadi tempat bagi ikan untuk berkembang biak.

Rumah ikan ini berbentuk kubus yang mempunyai beberapa buah lubang berdiameter 6 - 8 inci pada masing-masing sisi. Ukuran kubus bagian atas lebih kecil dari bagian bawah. Pada sisi atas terdapat 1 lubang, sedangkan sisi bawah tanpa penutup.

Material beton merupakan campuran antara pasir, kapur (calsium carbonat) dan semen tanpa acian. Penggunaan materi bertujuan agar permukaan kubus cepat menjadi substrat bagi alga bentik (benthic algae), sehingga akan memudahkan menarik ikan-ikan kecil yang bersifat herbivora.

Menurut Yunber, di lokasi rumah ikan, pihaknya juga menebar benih ikan karang karena rumah ikan akan lebih efektif menarik ikan-ikan lainnya jika dibarengi dengan penebaran benih ikan bernilai ekonomis.

Sedangkan pengelolaan rumah ikan diserahkan kepada kelompok masyarakat nelayan pesisir dimana setelah melewati waktu tertentu, bisa dieksploatasi dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan seperti pancing (hand line).

Yunber mengatakan bahwa sesuai laporan warga, sejumlah rumah ikan yang ditebar beberapa tahun yang lalu telah berhasil meningkatkan populasi ikan dan telah mulai dieksploatasi oleh nelayan sekitar sesuai kesepakatan bersama.

Ia berharap program fish home ini akan meningkatkan kesejahteraan nelayan dalam beberapa tahun mendatang karena ikan-ikan yang ditebar di sekitar fish-home adalah jenis ikan bernilai ekonomis tinggi (ikan karang) yang harganya cukup mahal dan pasarnya bagus. (R007/C004)