Wejangan Jenderal Untuk Penjaga Perbatasan

id tni

Wejangan Jenderal Untuk Penjaga Perbatasan

Ilustrasi (antaranews)

Palu, (antarasulteng.com) - Ratusan tentara itu mungkin sebelumnya tidak pernah membayangkan akan ditugaskan di wilayah paling timur Indonesia dengan kondisi geografis hutan dan rawa tanpa adanya sumber daya listrik.

Penyakit malaria juga mengancam mengingat di daerah tersebut banyak hutan lebat, dan kondisi cuaca mendukung perkembangbiakan nyamuk penyebab malaria.

Bahkan, ada pula ancaman dari pengikut gerakan Organisasi Papua Merdeka yang ada di Merauke, perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini.

Kondisi itulah yang harus dihadapi oleh 450 pasukan TNI dari Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu demi menjaga kedaulatan Republik Indonesia di perbatasan RI-Papua Nugini yang ada di Merauke.

Pasukan tersebut segera diberangkatkan untuk menjaga daerah perbatasan selama hampir sembilan bulan, dan harus rela berpisah dengan sanak keluarganya.

Sebelumnya ratusan pasukan pengamanan perbatasan itu telah melakukan latihan pratugas tahap II di wilayah Bangga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Dipilihnya wilayah Bangga karena daerah tersebut memiliki kemiripan kondisi geografis dengan lokasi di Merauke sehingga personel tidak terlalu kaget saat bertugas.

Materi latihan tersebut antara lain komunikasi sosial kepada masyarakat, operasi intelijen, operasi militer selain perang, dan pendekatan kepada masyarakat.

Pasukan tersebut akan bertugas di perbatasan RI-Papua Nugini di Papua menggantikan Batalyon Infanteri 715/Mololiatu, Gorontalo.

Pasukan Yonif 711/Raksatama Palu nantinya akan digantikan Yonif 713/Satyatama yang juga dari Provinsi Gorontalo.

Wejangan Jenderal

Sebelum berangkat ke daerah penugasan, pasukan tersebut beberapa kali menerima kunjungan sejumlah jenderal yang memberikan semangat dan wejangan agar tugas berjalan dengan baik di perbatasan RI-Papua Nugini.

Wejangan itu tidak hanya cara bersosialisasi dengan masyarakat, tetapi juga bertahan hidup dengan bercocok tanam atau beternak.

Komandan Korem 174/Anim Ti Waninggap Merauke Brigjen TNI Supartodi saat berkunjung ke Palu meminta pasukan yang bertugas di perbatasan Indonesia-Papua Nugini agar mengajarkan ilmu bercocok tanam kepada masyarakat setempat dengan memanfaatkan lahan kosong.

"Apalagi di daerah sana biaya hidup mahal sehingga kita harus kreatif," katanya saat di aula Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu.

Masyarakat Merauke yang berada di perbatasan tersebut sebaiknya dibiasakan untuk menanam berbagai sayur yang mudah tumbuh seperti cabe, tomat, kangkung atau bayam.

"Itu semua untuk dimakan sendiri, dari pada beli di pasar yang harganya mahal," katanya.

Harga cabe atau tomat di Merauke rata-rata Rp5.000 per setiap tumpukan yang beratnya kurang dari 2 ons.

Selain itu, Supartodi juga meminta para prajurit itu untuk mengajarkan warga sekitar untuk beternak ayam agar daging dan telurnya bisa dimanfaatkan.

"Kalau bisa, bawa telur dari sini, kemudian ditetaskan di sana menggunakan lampu," katanya.

Harga sebutir telur di daerah itu bisa mencapai Rp5.000 sedangkan harga seekor ayam mencapai Rp150 ribu untuk ukuran besar.

Menurutnya, ketahanan pangan di sebuah daerah sangat diperlukan untuk menjadikan negara ini kuat.

Pengamanan di wilayah perbatasan itu juga akan melibatkan aparat dari Papua Nugini.

"Pasukan TNI dan tentara Papua Nugini juga akan sama-sama berpatroli hingga terjalin kerukunan," katanya usai memberi pembekalan kepada pasukan.

Jarak setiap patok pembatas dengan patok lainnya sekitar 40 kilometer, dan sebagian besar harus ditempuh dengan jalan kaki.

Supartodi juga berharap pasukan yang bertugas bisa saling menghormati dengan pasukan lainnya.

Selain itu, fisik dan mental juga harus disiapkan karena cuaca di sana bisa berubah sewaktu-waktu.

Sadarkan OPM

Sementara Wakil Kepala Staf TNI AD Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir meminta pasukan yang akan bertugas di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, bisa menyadarkan pengikut Organisasi Papua Merdeka (OPM) tanpa melalui kontak senjata.

"Cara-cara pendekatan secara persuasif lebih diutamakan," kata M Munir usai memberikan pembekalan kepada 450 pasukan pengaman perbatasan di Palu.

Pada tahun-tahun sebelumnya juga ada pengikut OPM yang telah sadar dan kembali bergabung dengan NKRI berkat pendekatan yang dilakukan pasukan pengamanan perbatasan.

Namun demikian segala risiko tetap harus diantisipasi oleh pasukan tersebut, apabila terjadi kontak senjata.

Dia sendiri tidak berharap adanya serangan dari kelompok separatis bersenjata saat pasukan pengamanan bertugas.

"Kalau ada serangan, ya kita sikat," katanya.

Meski ancaman dari pengikut OPM tergolong kecil, namun pasukan TNI yang bertugas harus tetap waspada.

Sembari bertugas di Merauke, pasukan TNI diminta agar membaur dengan masyarakat sambil melakukan berbagai kegiatan, di antaranya memutar film terkait sejarah bergabungnya Papua ke dalam NKRI, atau video-video lainnya yang berisi tentang nasionalisme.

Secara keseluruhan, dia mengatakan kondisi keamanan di wilayah perbatasan relatif aman dan kondusif karena selama ini jarang ada gejolak.

Meski demikian, dia meminta pasukan yang bertugas agar tetap waspada ketika melakukan penjagaan.

Lebih lanjut, dia juga berharap pasukan Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu bisa menjadi yang terbaik saat bertugas di wilayah perbatasan, seperti pendahulunya.

"Kalau berprestasi nanti akan diberi hadiah, yakni ditugaskan ke luar negeri," kata Munir.

Perbekalan yang dibawa pasukan pengaman perbatasan itu antara lain bibit tanaman, obat-obatan, alat penyimpan energi listrik yang berasal dari sinar matahari (solar cell), perlengkapan olahraga, biogas untuk memasak, dan aneka perlengkapan lainnya selain persenjataan.

Sementara itu, sejumlah istri tentara yang ditinggal suaminya bertugas selama berbulan-bulan berpesan agar tetap setia kepada pasangan di rumah. "Setia kepada negara itu penting, tapi setia kepada istri di rumah itu lebih penting," kata Ibu Markus, seorang istri tentara di asrama Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu. (skd)