Iqbal Andi Magga: Dari 'Pulpen' ke 'Palu'

id iqbal

Iqbal Andi Magga: Dari 'Pulpen' ke 'Palu'

M. Iqbal Andi Magga, Ketua DPRD Kota palu Periode 2014-2019 (Antarafoto/Yuni)

"Kita akan puas saat apa yang kita kerjakan diterima dengan baik oleh masyarakat," ujarnya.
Palu (antarasulteng.com) - Kalau dulu sering memegang pulpen, sekarang memegang palu. Pulpen sebagai alat utama seorang wartawan, sedangkan palu adalah peralatan penting seorang Ketua DPRD dalam mengambil keputusan pada sebuah sidang.

Begitulah kira-kira gambaran peralihan profesi Muhammad Iqbal Andi Magga, wartawan yang kini menjadi Ketua DPRD Kota Palu.

"Saya terjun ke politik karena panggilan jiwa," kata politisi muda Partai Golkar kelahiran Palu, 21 Juni 1973 ini.

Menjadi pemimpin lembaga legislatif di kota terbesar di Sulteng itu dianggapnya hal yang biasa karena sudah memiliki banyak pengalaman memimpin organisasi sejak duduk di bangku SMA, sampai universitas dan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Lelaki yang gemar berorganisasi ini pernah menjabat ketua di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), Wakil Sekretaris Senat Mahasiswa Universitas Tadulako (SMUT), kemudian Wakil Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Hukum Untad.

Kemudian Wakil Sekretaris di KNPI Sulteng periode 2004-2009, Wakil Ketua Majelis Pemuda Indonesia pada 2009-2014, Pengurus AMPI sejak 1999 hingga saat ini, MKGR dan Yayasan Merah Putih Palu, serta Sekretaris DPD Partai Golkar Sulteng.

"Saya sudah paham sekali apa yang nantinya akan saya kerjakan khususnya dalam pengambilan keputusan. Saya sudah terbiasa mengambil keputusan yang bersifat kolektif," ujarnya lekaki yang akrab disapa Eq ini.

Terkait tugas pokoknya di DPRD, alumnus FH Untad ini mengatakan bahwa dirinya hanyalah wakil masyarakat. Tentunya jika ada hal yang berhubungan dengan Pemda dan kepentingan masyarakat yang berbeturan, menjadi tugas kami untuk memediasi, ujarnya.

Menurut dia, kasus-kasus yang ada selama ini adalah akibat miskomusikasi antara pemerintah dan masyarakat, sehingga perlu dibangun pola komunikasi yang baik,” ujar mantan Pemred Mingguan Pelopor Karya, koran afiliasi Partai Golkar itu.

Bagi mantan Direktur Perusda Palu itu, yang nomor satu dalam bekerja  adalah kepuasan hati, bukan jabatan atau uang.

"Kita akan puas saat apa yang kita kerjakan diterima dengan baik oleh masyarakat," ujarnya.

Suatu ketika ia menulis soal pembebasan lahan warga di lokasi pembangunan pusat perbelanjaan Palu Plaza saat ini.

"Warga yang merasa terbantu dengan tulisan saya, memberi segepok uang dalam amplop. Saya katakan, "tidak, saya sudah puas karena warga mendapat manfaat dari hasil kerja saya."
   
Ia pun berharap, sebagai Ketua DPRD, bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. (Yuni)