Poros Tomata-Beteleme, Jalan Nasional Terburuk Di Sulteng

id jalan, aspal

Poros Tomata-Beteleme, Jalan Nasional Terburuk Di Sulteng

Ilustrasi - Seperti inilah kondisi di ruas jalan nasional Kolaka-Wawopada, Kabupaten Morowali Utara, Sulteng. (Antarasulteng.com/istimewa)

Sejumlah warga Morowali Utara beberapa bulan lalu merencanakan menggelar demo di ruas jalan Kolaka-Wawopada dengan menanam pisang dan membawa kerbau untuk berkubang di jalanan."
Palu (antarasulteng.com) - Legislator Sulawesi Tengah mendesak Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperbaiki jalan nasional poros Tomata-Beteleme di Kabupaten Morowali Utara, karena kondisinya yang sangat memprihatinkan.

"Saya kira inilah poros jalan nasional paling buruk di Sulawesi Tengah saat ini, padahal jalan negara ini menghubungkan dua kabupaten paling kaya sumber daya alamnya di Sulawesi Tengah," kata Huismant Brant Toripalu, politikus PDI Perjuangan DPRD Provinsi Sulteng kepada Antara Palu, Kamis.

Menurut anggota dewan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Morowali Utara, Poso dan Tojo Una Una itu, poros jalan nasional Tomata-Beteleme ini panjangnya hanya 54 kilometer. Akan tetapi, karena jalan itu berlubang-lubang, waktu tempuh dengan kendaraan roda empat mencapai dua jam, bahkan bisa dua setengah jam saat musim hujan.

"Kalau mobil truk yang bermuatan lewat di jalan ini, waktu tempuhnya sekitar empat jam," kata Huismant yang juga putra daerah Morowali Utara ini.

Badan jalan yang paling parah kondisinya, katanya, terdapat di ruas Kolaka-Wawopada sekitar 22 kilometer. Badan jalan yang sudah pernah diaspal pada tahun 1990-an itu kini berlubang-lubang besar.

Anggota DPRD Sulteng 2009-2014 yang terpilih kembali pada periode 2014--2019 ini mengakui bahwa setiap tahun pemerintah mengalokasikan dana peningkatan ruas jalan tersebut. Namun, jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan akselerasi pembangunan yang terjadi di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara.

Oleh karena itu, dia mendesak penjabat Bupati Morowali Utara Haris Renggah dan Bupati Morowali Anwar Hafid agar lebih giat menjalin koordinasi dengan Gubernur Sulteng dan Kementerian Pekerjaan Umum supaya anggaran peningkatan jalan ini bisa dilipatgandakan.

"Kabupaten Morowali dan Morowali Utara itu adalah daerah terkaya di Sulteng dengan potensi tambang nikel terbesar serta pusat pengembangan perkebunan (kelapa sawit dan karet), yang sangat tergantung pada poros jalan nasional Tomata-Beteleme ini," kata Bayu Alexander Montang, legislator Partai Haruna Sulteng lainnya dari Dapil yang sama dengan Huismant.

Poros jalan nasional ini merupakan bagian jalan Transsulawesi yang menghubungkan Kota Palu dan Kendari (Sultra) serta Makassar-Poso dan Kendari, sehingga sangat strategis untuk peningkatan perekonomian kawasan.

Baik Huismant maupun Bayu A. Montang yang juga Ketua DPD Partai Hanura Sulteng itu mengakui bahwa poros jalan ini memiliki karakteristik struktur tanah yang berbeda dengan daerah lainnya sehingga perencanaan pembangunannya membutuhkan kajian yang mendalam, khususnya untuk ruas Kolaka-Wawopada yang dipenuhi dengan tebing-tebing berbatu dengan trase jalan yang sempit dan berkelok-kelok.

Keterangan yan dihimpun dari Dinas Bina Marga Sulawesi Tengah menyebutkan Balai Jalan Nasional Kementerian PU pada tahun ini sedang menyusun studi konstruksi poros jalan nasional tersebut dan diharapkan bisa medapat alokasi dana pembangunan yang signifikan mulai 2015.

"Penanganan jalan nasional Tomata-Beteleme ini sudah masuk dalam rencana strategis pembangunan Sulteng 2015 hasil Rakorbang Sulteng 2014," kata penjabat Bupati Morowali Utara Abdul Haris Renggah yang dihubungi secara terpisah.

Sejumlah warga Morowali Utara beberapa bulan lalu merencanakan menggelar demo di ruas jalan Kolaka-Wawopada dengan menanam pisang dan tanaman palawija lainnya serta membawa kerbau untuk berkubang di jalanan dengan lubang-lubang menganga dan tergenang air seperti kubangan kerbau itu. Namun rencana itu diurungkan setelah tampak ada upaya pemerintah membawa timbunan-timbunan pasir kerikil untuk sedikit meratakan badan jalan. (R007/D007)