DKP-BI Palu Kembangkan Teknologi Mina-Padi Di Malonas

id mina padi

DKP-BI Palu Kembangkan Teknologi Mina-Padi Di Malonas

Kabid Budidaya DKP Sulteng Ir Soenarwoko (kedua kanan) menjelaskan kepada Pemimpin BI Perwakilan Palu Purjoko (ketiga kanan) dan Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kanan) soal perkembangan proyek mina-padi di Desa Malonas, Kabupaten Donggala, Selasa (AntaraSulteng/Rolex Malaha)

...bila proyek ini berhasil, pendapatan petani yang saat ini rata-rata baru sekitar Rp10 juta tiap kali panen, bisa naik menjadi Rp20 bahkan Rp30 juta, kata Hasanuddin Atjo.
Palu (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah dan Bank Indonesia Perwakilan Palu, berkolaborasi mengembangkan teknologi budidaya mina-padi sebagai sebuah percontohan dalam meningkatkan nilai tambah lahan persawahan beririgasi teknis guna meningkatkan pendapatan petani.

Kawasan budidaya mina-padi percontohan itu memanfaatkan lahan persawahan intensif seluas enam hektare milik Kelompok Tani Salindoya Jaya, Desa Malonas, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, dengan menanam padi dan menebar ikan mas dan nila sementara pematangnya ditanami palawija.

Kepala Dinas KP Sulteng DR Ir Hasanuddin Atjo, MP dan Pemimpin Bank Indonesia Perwakilan Palu Purjoko serta sejumlah pejabat Dinas Pertanian Sulteng dan Badan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng meninjau proyek percontohan yang terletak 160 km utara Kota Palu tersebut, Selasa.

Pada areal percontohan tersebut, DKP Sulteng membangun kolam pemeliharaan ikan selebar dua meter dengan kedalaman 1,5 meter di sekeliling setiap petak sawah milik petani, sementara tanah galiannya digunakan sebagai pematang.

Selain menggali tambak, DKP yang mengalokasikan dana APBD Sulteng sebesar Rp500 juta itu, juga menyediakan bibit ikan mas dan nila dengan jumlah total yang ditebar 42.000 ekor, serta pakan dan tenaga penyuluh bagi petani.

Sementara itu Bank Indonesia yang memanfaatkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sebesar Rp33 juta untuk menyediakan benih unggul padi, serta sarana produksi (saprodi) berupa pupuk dan obat-obatan yang sebagian besar adalah saprodi organik serta pembinaan organisasi kelompok tani.

Proyek ini telah berjalan selama hampir dua bulan dan telah menunjukkan tanda-tanda keberhasilan dalam meningkatkan nilai tambah hasil sawah, meskipun dalam pelaksanaannya masih menghadapi banyak kendala.

"Sudah ada teman kami yang panen padi pak. Hasil ubinannya adalah 5,52 ton gabah kering panen/hektare. Jumlah ini meningkat dari sebelum mina-padi ini diterapkan yakni sekitar lima ton saja, padahal areal penanaman kan berkurang sampai 15 persen karena dipakai untuk tambak," ujar Arman, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Malonas di lokasi proyek.

Ia yakin, proyek mina-padi ini akan memberikan nilai tambah yang cukup besar karena dari produksi padi saja sudah ada peningkatan, belum lagi hasil panen ikan dan tanaman palawija di atas pematang.

Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo mengemukakan bila tambak ikan itu dikelola dengan baik, maka dengan jumlah benih 42.000 ekor yang ditebar, bisa menghasilkan panen sampai tujuh ton. Bila harga jual ikan rata-rata Rp15.000 per kilogram, maka nilai tambah yang dihasilkan tambak secara total akan mencapai sekitar Rp105 juta dengan umur panen tiga bulan.

Menurut dia, nilai tambah masih akan meningkat lagi bila pematang sawah yang lebarnya rata-rata 1,5 meter itu ditanami pelawija seperti ubi jalar dan jagung atau sayur-mayur.

Ia mengatakan dalam tahap awal ini nilai tambah yang disumbangkan mina-padi belum akan signifikan karena petani masih dalam tahap belajar, apalagi dalam tiga bulan terakhir, wilayah itu dilanda musim kemarau yang menyebabkan debit air irigasi menurun drastis sehingga suplai air ke sawah tidak memadai.

"Namun demikian, proyek ini akan tetap dilanjutkan selama tiga tahun berturut-turut hingga mencapai hasil maksimum dengan terus melakukan penyesuaian teknologi dan penyempurnaan sarana dan prasarana pendukung," ujarnya.

Hasanuddin yakin bila proyek ini berhasil, pendapatan petani yang saat ini rata-rata baru sekitar Rp10 juta tiap kali panen, bisa naik menjadi Rp20 bahkan Rp30 juta.

Sementara Pemimpin BI Perwakilan Palu Purjoko optimistis proyek ini akan berhasil karena melihat antusiasme petani setelah dua tahun sebelumnya, BI sudah melakukan pembinaan petani dalam memperkuat kelembagaan, membentuk lembaga keuangan mikro (LKM) serta menyalurkan traktor tangan untuk alat pengolah sawah.

"Kami juga telah membantu beberapa petani untuk melakukan studi banding ke Jawa guna mendalami teknologi pertanian intensif, termasuk mina-padi," ujarnya dan menambahkan bahwa BI akan terus mendampingi DKP Sulteng menyukseskan proyek percontohan mina-padi ini dengan bantuan teknis untuk memperkuat kelembagaan petani dan LKM serta keterampilan bercocok tanam.

Bila proyek ini berakhir dan mencapai sasaran yang diinginkan, kata Purjoko, maka bank-bank pelaksana dipastikan akan tertarik untuk membiayai para petani mengembangkan usahanya sehingga mereka tidak perlu lagi berharap bantuan dari pemerintah.  (R007)