PUPUK Latih Petani Sulteng Budidayakan Rotan

id PUPUK

PUPUK Latih Petani Sulteng Budidayakan Rotan

Peserta pelatihan menerima bibit rotan untuk ditanam di kawasan hutan desa Namo, Kecamatan Kulawi, Minggu (26/10) (Antarasulteng.com/PUPUK)

PUPUK berkomitmen untuk mengambil bagian dalam pelestarian rotan dan hutan di daerah ini dengan cara membudidayakan rotan."
Palu (antarasulteng.com) - Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dalam program Promoting Sustainable Comsumption and Production Eco Friendly Rattan (Prospect) Indonesia, melatih puluhan petani pencari rotan Sulawesi Tengah dalam teknik budidaya rotan dan pengelolaan pascapanen.

Project Officer Prospect Indonesia Muhammad Arif Sutte mengemukakan di Palu, Rabu, pelatihan yang melibatkan 54 petani pengumpul rotan dari Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong dan Kota Palu itu dilaksanakan pada 25-27 Oktober 2014.

Tujuan utama pelatihan ini adalah menumbuhkan budaya budidaya rotan bagi masyarakat kawasan hutan dan meningkatkan nilai ekonomi rotan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Perlatihan ini dirangkaikan dengan penanaman 1.500 bibit rotan di kawasan hutan Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, serta kunjungan pada usaha penggorengan rotan di Desa Bangga, Kecamatan Dolo, kabupaten Sigi.

Project Direktor Prospect Indonesia Listoman Tanjung mengemukakan bahwa Lembaga PUPUK dalam program Prospect Indonesia di Sulawesi Tengah berkomitmen untuk mengambil bagian dalam pelestarian rotan dan hutan di daerah ini dengan cara membudidayakan rotan.

"Rotan dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat kawasan hutan tetapi kalau pengambilan rotan sangat sulit didapatkan, ditambah dengan harga rotan yang tidak memadai, maka yakin tidak akan ada minat masyarakat untuk mencari rotan," ujarnya.

Selain tujuan ekologi yaitu penanaman rotan, Prospect Indonesia yang didukung Uni Eropa juga memfasiltasi terbangunnya kerja sama bisnis Kelompok Usaha Tani yang telah terbentuk dengan industri pengguna bahan baku di Cirebon.

Selama ini, katanya, pengumpul rotan hanya menjual rotan mentah, namun sekarang sudah dalam bentuk rotan asalan yang digoreng, sehingga nilai tambahnya lebih besar.

Sementara Ketua Pusat Inovasi Rotan Nasional (Pirnas) Prof. Dr Andi Tanra Tellu mengemukakan pengusahaaan rotan memiliki prospek yang cukup baik, bukan hanya untuk industri kerajinan tetapi berbagai produk seperti untuk obat dan kosmetik.

"Masalahnya, distribusi keuntungan dalam mata rantai pengusahaan rotan belum adil karena margin yang didapatkan petani pencari rotan kurang dari 3 persen. Salah satu sebabnya adalah kurangnya pemahaman petani untuk menghasilkan rotan yang bermutu mulai dari proses panen hingga pascapanen," ujar guru besar Universitas Tadulako Palu ini. (R007)