Pekalongan Tertarik Budi Daya Udang Supra Intensif

id udang, supra

Pekalongan Tertarik Budi Daya Udang Supra Intensif

Wali Kota Pekalongan Moh Basri (menunjuk ke arah tambak) saat diterima Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (ketiga kanan) di tambak percontohan sistem budidaya supra intensif udang vanamei di Kelurahan Mamboro, Palu, Kamis (5/3). (antarasulteng.com/rolex malaha)

Ini bisnis masa depan untuk kesejahteraan rakyat.
Palu  (antarasulteng.com) - Wali Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Mohammad Basyir Ahmad, menyatakan tertarik untuk mereplikasi sistem budi daya udang supra intensif yang dikembangkan Sulawesi Tengah.

"Ini bisnis masa depan untuk kesejahteraan rakyat. Kami akan memfasilitasi pengusaha kecil dan menengah secara berkelompok untuk menerapkan teknologi ini," katanya setelah mengikuti pemaparan teknologi budi daya supra intensif untuk Udang Vanamei di Palu, Kamis.

Pemaparan dilakukan oleh penemu teknologi tersebut DR Ir Hasanuddin Atjo MP di hadapan Wali Kota Pekalongan dan rombongan serta sejumlah pengusaha di Kota Palu serta pejabat instansi terkait.

Dalam kunjungan ke Palu untuk mendalami budi daya udang supra intensif itu, Basri Ahmad membawa rombongan yang terdiri atas Ketua DPRD Pekalongan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemimpin Bank Indonesia Perwakilan Tegal, sejumlah pengusaha dan beberapa pengurus kelompok tani yang bergerak di sektor perudangan.

Menurut Basri Ahmad, di Pekalongan terdapat sekitar 750 hektare areal persawahan yang kini dikonversi menjadi lahan pertambakan karena selalu terserang banjir rob.

"Lahan-lahan itu akan kami jadikan areal pertambakan, ada tambak udang, bandeng, dan nila. Sebagian masih dikelola secara tradisional dan sebagian lagi sudah semi intensif dan intensif. Nah, sekarang kami mendengar ada teknologi budi daya supra intensif di Palu, maka saya bawa tim ke sini untuk studi banding," ujarnya.

Wali kota mengatakan akan segera menindaklanjuti kunjungan ini dengan mengajak pengusaha dan petambak untuk berembuk guna mempersiapkan beberapa orang ke Palu untuk magang.

"Kami sudah berpengalaman dalam membudidayakan udang meski masih pada tataran semi intensif dan intensif, karena itu kami yakin mampu menerapkan teknologi supra intensif ini," ujar Basyir yang akan mengakhiri masa jabatan periode kedua pada Agustus 2015.

Sementara itu, penemu teknologi supra intensif Hasanuddin Atjo mengemukakan bahwa sistem ini sudah diterapkannya sejak 2011 dengan produktivitas 153 ton per hektare.

Kunci utama teknologi ini adalah pengelolaan limbah yang menjamin kebersihan tambak dengan menerapkan teknologi `central drain` yang menyedot keluar semua limbah kotoran udang dan pakan secara mekanis.

Teknologi ini didukung dengan standarisasi penggunaan faktor produksi seperti benih, pakan, obat-obatan, ketinggian dan temperatur air, kincir, pasokan oksigen serta pelaksanana panen secara parsial.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng itu, biaya produksi rata-rata per kilogram udang dalam teknologi ini mencapai Rp27.700, sedang keuntungan bersih setiap panen berkisar antara 30 sampai 45 persen tergantung harga jual udang.

"Dalam setahun, panen biasa berlangsung tiga kali. Teknologi supra intensif yang diluncurkan pada 2012 itu sudah direplikasi di Provinsi NTT dengan hasil yang menggembirakan," katanya. (skd)