Tokoh Masyarakat Poso Harapkan Latihan TNI Tangkap Teroris

id poso, tni

Tokoh Masyarakat Poso Harapkan Latihan TNI Tangkap Teroris

Helikopter tempur Mabes TNI AD jenis Bell dilengkapi dua senjata mini terbang rendah di dekat tower Bandara Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (29/3). (ANTARA Foto/Zainuddin)

nah, kalau latihan ini tidak bermaksud memburu teroris, kami jadi bertanya-tanya, apa manfaat latihan ini bagi masyarakat Poso," ujarnya.
Poso, Sulteng, (antarasulteng.com) - Seorang tokoh masyarakat Poso, Sulawesi Tengah, Lefran Mango berharap latihan gabungan TNI yang melibatkan lebih 3.000 personel mulai pekan ini, akan ikut menangani masalah terorisme di daerah itu.

"Masyarakat Poso sangat gembira dengan adanya latihan gabungan TNI ini, dan yang ada di otak rakyat adalah latihan ini akan ikut memburu dan menangkap para teroris yang masih bersembunyi yang melakukan kegiatannya di daerah ini," kata Lefran Mango, mantan Rektor Universitas Sintuvu Maroso Poso saat dihubungi di Poso, Senin.

Lefran Mango yang berprofesi sebagai tokoh pendidikan itu dimintai tanggapan terhadap pernyataan Komandan Korem 132/Tadulako Kolonel Inf Ilyas Harahap yang menegaskan bahwa latihan perang yang digelar TNI di Poso, tidak bertujuan mencari kelompok teroris.

"Tapi kalau ketemu mereka (teroris) atau mereka menyerahkan diri, itu lebih bagus," kata Ilyas kepada pers di Palu, Kamis (26/3).

Alasannya, kata Ilyas, tugas menangkap kawanan teroris di Kabupaten Poso adalah Polri, sedangkan TNI hanya latihan perang biasa.

Menurut Lefran, masyarakat Poso sangat bergembira dengan latihan perang TNI ini karena berharap bahwa latihan ini akan memberikan manfaat dalam memburu para teroris yang sangat mengganggu ketenangan warga.

"Karena itu masyarakat sangat mendukung kegiatan latihan ini. Mereka siap berkorban untuk suksesnya latihan tersebut. Apalagi, sejak lama masyarakat sangat berharap kepada TNI untuk mengambil peran lebih banyak dalam menjaga keamanan Poso," ujarnya.

Ia menambahkan, "nah, kalau kemudian pihak TNI mengatakan bahwa latihan ini tidak bermaksud memburu teroris, kami jadi bertanya-tanya, apa manfaat latihan ini bagi masyarakat Poso."

Dikatakannya, isu keamanan Poso masih sering sekali dipersoalkan oleh masyarakat luar, khususnya mereka yang ingin berkunjung ke Poso dan menanam modal serta aktivitas lainnya yang bisa segera memulihkan ekonomi daerah ini.

Karena itu, ia berharap, TNI memberikan peran yang lebih besar dalam mengawal keamanan Poso termasuk melakukan langkah-langkah signifikan untuk menangkap para teroris yang masih bersembunyi dan melakukan kegiatan teror di Poso.

"Pemberitaan media yang luas bahwa teroris pimpinan Santoso masih berada dan bersembunyi di Poso sampai saat ini, sangat merugikan daerah ini dalam upayanya memulihkan rasa aman dan kondisi sosial ekonomi pascakonflik yang terjadi beberapa tahun lalu," ujarnya.

Latihan perang TNI tersebut akan dimulai 1 April 2015 diikuti 3.200 personel pasukan dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan rombongan akan tiba di Poso pada Senin petang untuk mengecek persiapan latihan tersebut. Sementara ribuan anggota TNI dari Kostrad, Marinir dan Batalyon Infranteri dari berbagai daerah di Indonesia serta alat-alat perang kini sudah tiba dan mulai unjuk kekuatan di Kota Poso dan sekitarnya.

Latihan perang tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan personel dalam menanggulangi titik-titik rawan di Indonesia.

Sepekan sebelum latihan perang TNI ini, jajaran Polri mengakhiri Operasi Camar Maleo 2015 yang bertujuan menangkap kawanan teroris yang dipimpin Santoso serta menghentikan suplai logistik dari simpatisan.

Operasi tersebut dimulai sejak 26 Januati 2015 yang melibatkan sekitar 1.200 personel Polri.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto mengatakan personel Polri yang sedang melakukan razia akan bergeser jika pasukan TNI sedang latihan di hutan-hutan Poso.

Saat ini terdapat 20 buronan teroris yang bersembunyi di hutan Poso. Mereka bersembunyi di hutan dengan cara berpindah-pindah di areal sekitar 40 kilometer persegi.

Kawanan teroris itu memiliki senjata dan dianggap berbahaya oleh petugas keamanan. (R007)