Terima Kasih Warga Poso Untuk TNI

id pangdam poso

Terima Kasih Warga Poso Untuk TNI

Warga Kota Poso dan sekitarnya melambaikan tangan kepada para prajurit PPRC TNI saat KRI Surabaya meninggalkan pelabuhan Poso, Sabtu (18/4) (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

"Poso bakal menjadi daerah yang maju pesat karena kekayaan alamnya yang besar bila kondisi keamanan dan ketenteraman bisa terjamin. Investor akan mau masuk dan ekonomi bisa menggeliat lagi," ujar gubernur.
Poso (antarasulteng.com) - Diiringi bunyi sirene tiga kali berturut-turut, perlahan-lahan KRI Surabaya yang berisi ribuan personel Marinir dan Kostrad lepas dari dermaga Pelabuhan Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/4) pukul 09.00 Wita.

Di atas dermaga dan halaman pelabuhan tersebut berdiri sekitar seribu warga Kota Poso dan sekitarnya yang tak henti-hentinya melambaikan tangan melepas keberangkatan kapal perang itu menuju markasnya di Surabaya.

Beberapa ibu dan anak tampak menangis. Suasana haru bahkan telah terlihat satu jam sebelum semua awak KRI dan prajurit yang gagah perkasa itu naik ke atas kapal.

Mereka saling peluk dan tukar menukar cendera mata. Beberapa ibu dan anak tampak menangis dan enggan melepas prajurit naik ke atas kapal.

"Mereka semua baik sekali, penuh perhatian dan ramah," kata seorang ibu yang mengaku sering naik ke KRI yang sandar di Poso selama latihan tempur TNI, untuk membantu awak kapal di dapur.

Itulah peristiwa paling terakhir dari aktivitas latihan tempur Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang digelar di Poso, 31 Maret sampai 17 April 2015.

Selama latihan tempur yang melibatkan 3.200 personel itu, tiga KRI milik TNI AL merapat di pelabuhan Poso, yakni KRI Surabaya, KRI Hasanuddin dan KRI Hasan Basri, namun dua KRI yang disebut terakhir sudah berangkat lebih dahulu beberapa hari sebelumnya untuk penugasan yang lain.

Selama sandar di pelabuhan Poso, KRI-KRI itu dibuka untuk kunjungan masyarakat. Para awaknya pun hampir setiap malam menggelar berbagai acara untuk rakyat yang bernuansa pendidikan dan bela negara serta berbagai jenis hiburan, mulai dari peragaan busana sampai panggung prajurit yang menghadirkan artis-artis dari berbagai kota di Indonesia.

"Ini kami lakukan agar TNI dan rakyat semakin menyatu. Apalagi rakyat Poso tampaknya memang kekurangan hiburan. Dengan aktivitas ini, rakyat bisa lebih mengenal dan bangga terhadap TNI," kata Komandan Satgas Laut PPRC Kolonel Laut (P) Iwan Isnuwanto usai memimpin upacara pelepasan prajurit PPRC.

Poso, kata Iwan, ternyata tidak seperti berita di media massa yang menyebut wilayah itu tidak aman.

Sebelum berangkat ke Poso, kata Iwan, semua prajurit telah diingatkan bagaimana cara membawa diri selama berada di Poso. Antara lain kalau bepergian, jangan sendiri-sendiri.

"Ternyata, setelah kami ada di sini, kondisinya berbeda sama sekali. Situasi di sini aman dan tenteram. Warganya terbuka dan ramah tamah. Tidak pernah ada insiden apa pun selama 20-an hari kami berada di sini," ujarnya.

"Kami mengucapkan terima kasih atas penerimaan warga Poso selama kami berada di sini. Keramahtamahan dan keterbukaan anda menyentuh hati kami," ujar Komandan KRI Surabaya Letkol Laut (P) Wawan T. Atmaja lewat pengeras suara dari atas kapal saat KRI itu mulai bergerak meninggalkan dermaga.

Latihan tempur PPRC TNI berlangsung di Poso sejak 31 Maret 2015 dan dibuka Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko.

Latihan ini melibatkan ribuan personel dari tiga kesatuan elit TNI yakni Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Marinir (TNI AL) dan Pasukhan Khas TNI AU berikut perlengkapan perang masing-masing berupa jet-jet tempur, helikopter tempur, kapal perang dan kendaraan lapir baja yang dilengkapi persenjataan berat.

Panglima Divisi II Kostrad Mayjen TNI Bambang Haryanto selaku penanggung jawab latihan mengatakan bahwa latihan ini sukses memulihkan rasa aman masyarakat Poso, sukses meningkatkan profesionalisme prajurit dan sukses dalam semakin mempererat hubungan antara TNI dan rakyat.

"Tempat ini memang menjadi lokasi latihan yang sangat ideal," ujar Bambang yang juga Komandan PPRC TNI itu.

Banyak Hikmahnya

Wakil Bupati Poso T. Samsuri sesaat setelah Komandan PPRC TNI Mayjen Bambang Haryanto menyatakan latihan itu ditutup pada Jumat (17/4) pukul 09.00 Wita, menyampaikan terima kasih kepada Panglima TNI dan seluruh jajarannya sampai ke tingkat prajurit yang terlibat latihan karena sudah memilih Poso sebagai tempat latihan tahun ini.

"Terima kasih TNI yang telah mengalokasikan kegiatan latihan ini di Poso. Sangat banyak hikmahnya bagi masyarakat yang selama ini merasa kurang tenang, kurang terayomi, dan takut terhadap kelompok sipil bersenjata. Sekarang rasa takut itu mulai hilang," ujarnya.

Seorang tokoh masyarakat Poso Lefran Mango mengemukakan penghargaan yang tinggi kepada TNI karena latihan tempur ini bisa memenuhi harapan utama masyarakat yakni pulihnya rasa aman akibat gangguan teroris yang bersembunyi dan berlatih militer di hutan-hutan wilayah Poso Pesisir.

"Kami senang dan sangat berterima kasih bahwa latihan tempur TNI ini telah sukses mengusir dan menghancurkan sarana dan fasilitas latihan para teroris di Gunung Biru, Kecamatan Poso Pesisir dan sekitarnya," ujar mantan Rektor Universitas Sintuvu Maroso Poso itu.

Ia berharap TNI dan Polri akan tetap ada bersama masyarakat di wilayah ini untuk memastikan bahwa para teroris itu tidak akan kembali lagi, sehingga seluruh rakyat akan kembali pada aktivitas yang normal, khususnya para petani dan pekebun yang selama ini takut mengolah dan memanen hasil-hasil kebun mereka.

Kepala Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Joni Kolompo mengaku sudah hampir setahun ini warganya takut masuk kebun untuk mengolah dan memanen kakao, durian dan berbagai tanaman perkebunan lainnya karena sering didatangi oleh kelompok sipil bersenjata.

Mereka tidak hanya sekedar meminta makanan dan fasilitas lainnya, tetapi juga beberapa kali menculik warga dan membunuh, termasuk aparat kepolisian yang dibantai secara sadis.

"Untung warga di sini masih punya sawah atau usaha lain selain berkebun, sehingga kondisi ekonomi tidak terlalu terpuruk. Warga yang tidak punya lahan, terpaksa mencari hidup dengan menjadi buruh tani atau buruh bangunan," ujarnya.

Yang lebih memprihatinkan lagi, ujar Joni, beberapa warganya direkrut kelompok teroris yang menamakan diri Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso itu menjadi pengikut mereka.

"Ada lima warga kami di sini yang terlibat aktif dalam kelompok yang diduga penyebar paham ISIS itu. Dua lainnya sudah ditangkap polisi dan tiga lagi masih buron. Selain itu, masih ada juga warga yang memberikan dukungan dalam bentuk logistik dan kebutuhan lainnya kepada kelompok sipil bersenjata itu," ujarnya.

Karena itu, atas nama warga Desa Masani, yang di dalam desa ini terdapat Gunung Biru, lokasi persembunyian dan pusat latihan militer kelompok teroris itu, Joni Kolompo menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada TNI yang telah sukpses mengosongkan Gunung Biru dari aktivitas teroris.

"Terima kasih juga kepada jajaran kepolisian yang berhasil menembak mati dua pentolan teroris yang melarikan diri dari Gunung Biru saat TNI menggelar latihan PPRC lalu dihadang kepolisian di Kabuaten Parigi Mutong," ujar Joni.

Pemulihan rasa aman ini, katanya, merupakan kebutuhan pokok rakyat di Poso Pesisir, karena itu ia berharap, setelah latihan tempur PPRC, TNI dan Polri tetap hadir untuk bersama-sama rakyat menjaga situasi aman ini agar tetap langgeng.

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola pun menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada TNI dan Polri atas pengabdian mereka dalam menjaga dan memulihkan keamanan di Poso.

"Poso bakal menjadi daerah yang maju pesat karena kekayaan alamnya yang besar bila kondisi keamanan dan ketenteraman bisa terjamin. Investor akan mau masuk dan ekonomi bisa menggeliat lagi," ujarnya.
(R007/M026)