Spekulan Diduga Ikut Permainkan Harga Sapi

id sapi

Banyak orang yang sudah mulai melakukan persiapan kurban untuk Idul Adha, sehingga harga sapi cenderung mahal. Kondisi seperti inilah yang dimanfaatkan spekulan untuk ikut bermain
Yogyakarta (antarasulteng.com) - Harga daging sapi yang cenderung stabil tinggi sejak Lebaran hingga saat ini di Kota Yogyakarta diduga terjadi karena ulah spekulan, selain meningkatnya permintaan daging dari luar DIY.

"Banyak orang yang sudah mulai melakukan persiapan kurban untuk Idul Adha, sehingga harga sapi cenderung mahal. Kondisi seperti inilah yang dimanfaatkan spekulan untuk ikut bermain," kata Kepala Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Benny Nurhantoro di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, tingginya harga daging sapi diperkirakan akan berlangsung hingga menjelang Idul Adha.

Benny menambahkan, permintaan daging sapi di tingkat konsumen di Kota Yogyakarta sebenarnya mengalami penurunan usai Lebaran dan kini pembelian didominasi oleh konsumen yang memiliki usaha kuliner seperti pedagang bakso, soto atau pedagang makanan olahan lain yang membutuhkan daging sapi.

Meskipun permintaan turun, namun Benny memastikan persediaan daging sapi untuk konsumen tetap terjaga dan memenuhi kebutuhan. 

Setiap hari, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Giwangan Yogyakarta menyembelih sekitar 15 ekor sapi dan masih ada tambahan pasokan daging dari berbagai kabupaten lain, seperti Sleman, Bantul dan Gunung Kidul.

"Namun, dalam beberapa hari terakhir banyak daging sapi dalam bentuk karkas yang dibeli pedagang dari luar DIY seperti Jawa Barat karena harga sapi di daerah tersebut melambung tinggi. Karkas dibeli dengan harga Rp87.000 per kilogram," katanya.

Harga daging sapi di Kota Yogyakarta saat ini berada di kisaran Rp105.000 hingga Rp110.000 per kilogram, sedangkan di beberapa daerah di Jawa Barat bisa mencapai Rp120.000 per kg.

Ia mengatakan, tingginya harga daging sapi di pasaran juga bisa dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab dengan menjual daging gelonggongan yang harganya lebih murah.

"Masyarakat harus teliti sebelum membeli. Bisa saja, daging itu langsung dijual ke kampung-kampung sehingga sulit diawasi," katanya.(skd)