Menjamin Ketersediaan Dan Kesehatan Ternak Kurban

id ternak, sapi

Menjamin Ketersediaan Dan Kesehatan Ternak Kurban

Peternak menyiapkan sapinya pada kontes ternak sapi yang dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (29/9). (ANTARAFoto/Basri Marzuki)

Kami tidak berani menjual ternak yang memang dalam keadaan sakit atau tidak layak dionsumsi
Palu,  (antarasulteng.com) - Sejumlah rumah pemotongn hewan (RPH) dan pasar hewan di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, selama beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Adha tampak ramai.

Suasana ramai seperti itu hanya terlihat pada Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Haji itu. Selama sepekan ini, RPH Tavanjuka di Kota Palu dan lokasi pasar hewan di bundaran tugu Biromaru, Kabupaten Sigi, setiap hari ramai terjadi transaksi jual-beli sapi dan kambing.

Ternak sapi yang dijual para pedagang selain sapi bali, juga paling banyak sapi lokal, yakni sapi donggala. Kebanyakan ternak sapi yang dijual adalah sapi jantan. Kalaupun ada sapi betina, itu berarti bahwa sapi tersebut sudah tidak lagi berproduksi.

"Ya rata-rata sapi yang kami jual ini adalah sapi jantan," kata Syahril, seorang pedagang sapi di Kota Palu.

Ia mengatakan sapi yang dijual adalah sapi lokal, yakni dari Donggala. Harganya sesuai dengan berat badan, yakni antara Rp8 juta sampai Rp30 juta per ekor.

Begitu pula dengan kambing. Harga kambing juga tergantung berat badan, berkisar Rp1 juta sampai Rp3 juta per ekor.

Semua ternak sapi maupun kambing yang diperdagangkan menjelang Hari Raya Kurban di Kota Palu merupakan produksi petani peternak lokal dan juga dari Kabupaten Sigi.

Sudah beberapa tahun terakhir ini, para pedagang tidak lagi mendatangkan ternak, khususnya sapi dari luar wilayah Sulteng, seperti yang selama ini berasal dari Sulsel dan Gorontalo.

"Tahun-tahun sebelumnya, ketika tingkat populasi ternak sapi potong di Sulteng masih kurang, kami (para pedagang) biasanya membeli ternak di dua provinsi itu untuk dijual di Palu guna memenuhi kebutuhan masyarakat setempat," kata Syahril.

Tetapi kurun lima tahun terakhir ini, tidak lagi membeli atau mendatangkan ternak dari luar Sulteng.

Semua kebutuhan masyarakat, kata ayah satu putra itu, sudah bisa dipenuhi sendiri dari produksi peternak di daerah ini.

Seperti sekarang ini, untuk kebutuhan hari raya kurban di Kota Palu, ternak selain merupakan produksi petani lokal, juga dari Kabupaten Sigi dan Donggala.

Kedua daerah di Sulteng yang berbatasan langsung dengan Kota Palu itu, merupakan daerah pengembangan ternak sapi dan kambing.

Kesehatan Ternak


Sementara Fai (45) seorang pedagang sapi di Pasar Hewan di Kabupaten Sigi juga mengatakan semua ternak, baik sapi maupun kambing yang dijualnya merupakan produksi peternak di daerah itu.

Ia juga mengaku selain sebagian ternak sapi maupun kambing produksi peternak di Sigi dijual ke Kota Palu.

Apalagi, katanya, jarak antara Kota Palu dengan pusat pemerintahan Kabupaten Sigi hanya sekitar 8 kilo meter.

Ia mengaku setiap menghadapi hari raya, permintaan terhadap ternak sapi potong dan kambing meningkat hingga tiga kali lipat dari hari biasa.

Fai menjamin semua ternak yang dijualnya terjaga kesehatannya. "Sebelum dijual dan dibeli masyarakat, ternak sapi maupun kambing selalu terlebih dahulu diperiksa kesehatannya oleh petugas dari Dinas Peternakan," kata Fai.

Petugas kesehatan hewan dari Dinas Peternakan di setiap daerah, termasuk di Kabupaten Sigi dan Kota Palu dalam beberapa hari ini melakukan pemeriksaan terhadap ternak sapi dan kambing sebelum disembelih di RPH atau Pasar Hewan di Palu dan Sigi.

"Kami tidak berani menjual ternak yang memang dalam keadaan sakit atau tidak layak dionsumsi," kata Fai yang diiyakan oleh Syahril.

Keduanya mengatakan pemeriksaan ternak oleh petugas Dinas Peternakan sama sekali tidak dikutip biaya sepersenpun dari pemilik.

Dinas Peternakan Sulawesi Tengah menerjunkan petugas kesehatan hewan untuk memeriksa semua hewan ternak yang akan disembelih pada Idul Adha 1436 Hijriah 2015.

"Seluruh petugas kesehatan hewan di tiap kabupaten dan kota di Sulteng wajib untuk melakukan pemeriksaan terhadap ternak sapi yang akan dikurbankan," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Sulteng, Greetje Kuhu.

Ia mengatakan pemeriksaan kesehatan ternak sudah merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap menjelang hari raya Lebaran dan Idul Adha.

Ternak-ternak sebelum disembelih harus diperiksa kesehatannya guna memastikan layak untuk dikonsumsi masyarakat.

Menurut dia, pemeriksaan tersebut sangat penting mengingat dalam pengalaman tahun-tahun sebelumnya masih banyak ditemukan ternak sapi yang disembelih ternyata ada cacing pita di hatinya.

Jika dikonsumsi masyarakat, sangat membahayakan bagi kesehatan manusia. Karena itu ternak sebelum disembelih terlebih dahulu diperiksa sehingga dagingnya layak untuk dikonsumsi masyarakat.

Sulteng pada priode September 2015 ini, kata Greetje membutuhkan daging sapi sekitar 11.000 ton yang berarti meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Dalam kondisi normal, Sulteng setiap bulan membutuhkan konsumsi daging sapi sebanyak 3.000 ton.

Peningkatkan konsumsi daging pada September 2015 dikarenakan ada dua kegiatan, yaitu Sail Tomini dan Idul Adha.

Penyedia Bibit Ternak

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola sebelumnya pada lomba dan kontes ternak se-Sulteng di Palu menyatakan tekadnya menjadikan daerah itu sebagai penyedia bibit ternak potong berkualitas di Tanah Air.

"Kita memang sudah lama mengirim ternak potong keluar daerah, tetapi ke depan kita harus bisa menjadi provinsi yang menyediakan bibit-bibit ternak berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi," katanya.

Menurut dia, untuk mewujudkanya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi melalui kerja keras dari semua pihak terkait.

Pemerintah daerah perlu memberikan motivasi dan dorongan kepada peternak sehingga mereka semakin bergairah mengembangkan dan memproduksi bibit ternak yang berkualitas.

Sulteng, kata Gubernur Longki, sejak dahulu sudah mengirim ternak sapi potong ke Kalimantan Timur (Kaltim). 

Provinsi Sulteng, setiap tahunnya sebanyak 11.000 ekor ternak sapi potong diantarpulaukan ke Kaltim lewat pelabuhan Balikpapan.

Untuk tetap menjadi daerah penghasil ternak potong, selain memenuhi kebutuhan daging masyarakat di Sulteng, juga dijual keluar, maka pengembangan usaha peternakan di setiap kabupaten dan kota perlu terus digencarkan.

Termasuk mengembangkan bibit-bibit ternak lokal seperti sapi Donggala dan domba Palu yang sudah mendapatkan sertifikat dan pengakuan dari Kementerian Pertanian RI.