Perguruan Tinggi Masih Terfokus Pada Teoritis

id Komaruddin

Perguruan Tinggi Masih Terfokus Pada Teoritis

Komaruddin Hidayat. (FOTO.ANTARA)

Tapi sangat disayangkan kampus-kampus kita sangat miskin fasilitas dan agenda pengembangan budaya
Jakarta (antarasulteng.com) - Cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat mengatakan potret umum perguruan tinggi Indonesia masih menitikberatkan pada kajian teoritis, yang mayoritasnya pada strata satu.

"Setidaknya ada empat fungsi utama bagi lembaga perguruan tinggi agar dapat membentuk mahasiswa berkarakter," katanya dalam orasi ilmiahnya pada acara Dies Natalies ke-49 dan Wisuda Universitas Pancasila (UP) Semester Genap tahun akademik 2014/2015 yang bertajuk Peran Perguruan Tinggi dalam Pembentukan Karakter Bangsa di Jakarta, Kamis.

Keempat fungsi utama lembaga perguruan tinggi yaitu Pertama, sebagai lembaga transfer pengetahuan dari para profesor pada mahasiswa. Dengan demikian dosen yang malas dan berhenti belajar akan kehabisan stok pengetahuan yang hendak ditransfer.

Kedua lanjutnya sebagai produsen ilmu baru. Disini makna penting research sebagai upaya agar tak pernah berhenti memperluas dan menembus batas pengetahuan. Ketika hasil riset diaplikasikan dalam teknologi, akan melipatgandakan nilai tambah hasil kekayaan alam Indonesia. 

Ketiga perguruan tinggi berfungsi sebagai tempat mendidik calon pemimpin bangsa. Perguruan tinggi dimanapun adalah tempat bertemunya generasi bangsa pilihan. Di situlah diharapkan muncul calon pemimpin bangsa. 

Di Indonesia lanjut dia lain ceritanya karena disini peran parpol dan cukong tampaknya lebih menentukan ketimbang keunggulan intelektualisme dan teknokrasi bagi seorang kandidat.

Dan yang keempat peran perguruan tinggi selanjutnya adalah sebagai pelestarian dan pengembangan warisan budaya bangsa. Terlebih Indonesia kaya dengan ragam budaya. Sehingga sudah sepatutnya universitas memiliki pusat kebudyaan. 

"Tapi sangat disayangkan kampus-kampus kita sangat miskin fasilitas dan agenda pengembangan budaya," ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan erguruan tinggi memiliki keterkaitan dengan sistem politik sebuah negara dan kondisi sosial ekonomi warganya. Sampai dengan akhir orde baru, perguruan tinggi begitu dengan dengan isu politik dengan semangat mengkritik dan melawan penguasa yang dianggap korup dan menindas rakyat. 

"Lahirnya belasan partai politik diharapkan berfungsi sebagai saluran aspirasi rakyat untuk menjaring generasi terbaik bangsa untuk ikut serta memimpin pemerintahan," katanya. 

Wisuda Universitas Pancasila

Semester Genap Universitas Pancasila mewisuda 1.514 orang dari jenjang S1 dan D3 sebanyak 1.127 orang. Sedangkan program S2, S3 dan Apoteker sebanyak 387 wisudawan atau dengan jumlah total 1.508 orang.

Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudho Husodo mengatakan sangat penting meningkatkan daya saing SDM Indonesia melalui peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan.

"Dalam era globalisasi saat ini memiliki kemampuan berbahsa Inggris dan lebih baik lagi jika menguasai bahasa Jepang ataupun Mandarin," katanya.

Sedangkan Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan dengan kualitas yang ditampilkan lulusan UP di dunia kerja akan menjadi cerminan pendidikan UP di dunia industri. 

"Jumlah lulusan UP yang didirikan sejak 28 Oktober 1966 telah meluluskan 48.962 orang sarjana dari berbagai program studi dan telah ikut berkarya membangun bangsa dan negara, sesuai dengan kompetensi ilmu masing-masing," katanya.