DKP Sulteng Kembangkan Kawasan Perikanan Terintegrasi

id dkp sulteng

DKP Sulteng Kembangkan Kawasan Perikanan Terintegrasi

Kadis KP Sulteng Dr Ir Hasanuddin Atjo, MP saat berdialog dengan warga Balaesang Tanjung di Desa Malei, terkait pencanangan kawasan pengembangan perikanan terintegrasi, Rabu (18/3) (Antarasulteng.com/DKP Sulteng)

Hasanuddin Atjo: adanya kecenderungan masyarakat mulai meninggalkan laut sebagai sektor utama penghidupan mereka sebab menganggap tidak ada harapan masa depan di sana.
Palu (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah dalam dua tahun terakhir mengembangkan dua kawasan pengembangan perikanan terintegrasi berbasis perikanan tangkap sebagai model percontohan untuk diterapkan pada masa mendatang.

Dua lokasi pengembangan tersebut berada di Kabupaten Tojo Unauna yang melibatkan Forum KUB Sivia Patuju, dimulai pada September 2014 dan Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, melibatkan Forum KUB Pasoso, Desa Malei, dicanangkan pembukaannya oleh Kepala Dinas KP Sulteng Dr Ir Hasanuddin Atjo, MP di Desa Malei, Rabu (18/11).

Menurut Hasanuddin Atjo, kegiatan yang dikembangkan di dua lokasi percontohan tersebut meliputi semua bidang yang ada di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan atau Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, mulai dari bidang penangkapan, pengolahan hasil dan pemasaran, pembinaan kelembagaan, kegiatan konservasi sampai pembinaan masyarakat sejak usia dini di sektor KP.

"Kami ingin menghadirkan KKP kecil atau Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) kecil di dua kawasan itu, dimana semua bidang di KKP dan DKP memiliki kegiatan yang terintegrasi dan simultan berbasis perikanan tangkap dan pemberdayaan kelompok usaha bersama (KUB) nelayan," ujarnya.

Ia memberi contoh di Balaesang Tanjung yang meliputi tujuh desa pesisir dan satu desa daratan, untuk memberdayakan KUB di sana, DKP Sulteng menyalurkan bantuan kapal penangkap ikan berikut alat-alat tangkap dan berbagai bantuan lainnya.

Selanjutnya, para nelayan akan dibina dalam usaha peningkatan nilai tambah hasil tangkapan dengan mengolah ikan menjadi produk yang bernilai tambah. Untuk itu, para nelayan akan memperoleh pelatihan hingga studi banding agar lebih trampil.

"KUB mereka juga akan diberdayakan melalui pelatihan penguatan kelembagaan dan pembukaan akses pasar serta akses permodalan lewat pembentukkan koperasi sehingga suatu saat nanti, mereka bisa berusaha secara mandiri," ujarnya.

Kegiatan terintegrasi juga akan meliputi pembinaan masyarakat dalam menjaga lingkungan laut agar tetap lestari dengan menjauhi penggunaan bahan peledak dan zat kimia dalam penangkapan ikan, giat menanam mangrove serta melindungi habitat dan biota laut yang seyogianya tidak diganggu.

"DKP Sulteng juga akan meningkatkan pembinaan generasi muda mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak agar mencintai laut dan perikanan sejak dini, sehingga ke depan mereka tetap mengandalkan laut dan perikanan sebagai andalan peningkatan kesejahteraan mereka dan mendukung ketahanan pangan lokal dan nasional," ujarnya.

Hasanuddin Atjo mengaku melihat adanya kecenderungan masyarakat pesisir pantai di Balaesang Tanjung yang mulai meninggalkan laut sebagai sektor utama penghidupan mereka sebab menganggap tidak ada harapan masa depan.

"Ini yang kita antisipasi agar mereka jangan meninggalkan laut dengan meyakinkan mereka bahwa masa depan mereka ada di laut. Karena itu kita membuat kegiatan terintegrasi dan komprehensif di sana agar mereka bisa hidup sejahtera dari kekayaan laut yang ada di sekeliling mereka," katanya.

Dengan terintegrasinya berbagai kegiatan sektor kelautan dan perikanan di satu tempat, Hasanuddin Atjo yakin akan mempercepat pembangunan sektor perikanan yang muaranya pada kesejahteraan nelayan, akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah dan penguatan ketahanan pangan.

Ia menambahkan bila proyek percontohan di dua lokasi itu sukses, maka akan dikembangkan di kabupaten lainnya. Karena itu, kegiatan percontohan ini perlu mendapat dukungan kerja sama dari Dinas KP setiap kabupaten di Sulteng. (R007/N002)