Catatan Akhir Tahun - Sulteng Berbenah Sambut Wisatawan Gerhana Matahari 2016

id gerhana, matahari

Catatan Akhir Tahun - Sulteng Berbenah Sambut Wisatawan Gerhana Matahari 2016

Ilustrasi-- Siswa sekolah dan guru mereka menggunakan kacamata pelindung untuk menyaksikan gerhana matahari parsial di Frankfurt, Jerman, Jumat (20/3). (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Palu, (antarasulteng.com) - Sulawesi Tengah memiliki momentum kepariwisataan yang cukup akbar berkat kondisi geografisnya yang menguntungkan yakni Gerhana Matahari Total atau Total Solar Eclipse pada 9 Maret 2016.

Ada empat kabupaten dan Kota Palu yang akan menjadi titik pengamatan fenomena alam yang langka itu yakni Kabupaten Banggai, Sigi, Poso, Tojo Unauna dan Kota Palu.

Sampai saat ini sudah tercatat sekitar 3.000 wisatawan, sebagian besar adalah wisatawan mancanegara yang memesan bahkan membayar hotel untuk tempat menginap, paling sedikit selama dua hari, untuk kepentingan pengamatan GMT.

"Untuk 8 sampai 10 Maret itu, semua kamar hotel di Kota Palu sudah terpesan seluruhnya. Sebagian dari tamu-tamu asing pemesan hotel itu bahkan sudah satu-dua kali datang ke Palu untuk mengecek langsung lokasi pengamatan GMT," kata Jhon Siwi, manajer Hotel Santika Palu.

Pemerintah Provinsi Sulteng menganggap bahwa momentum GMT adalah iven wisata yang cukup akbar bagi daerah ini dan peluang untuk mempromosikan kekayaan dan potensi wisata yang dimiliki.

Karena itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulteng telah merancang berbagai atraksi seni-budaya dan kepariwisataan dengan mengandalkan potensi kearifan lokal yang akan ditampilkan guna dinikmati para wisatawan, baik terkait makanan (kuliner), tempat-tempat wisata, tari-tarian serta budaya masyarakat.

"Para wisatawan akan dihibur dengan berbagai penampilan budaya dan tari-tarian serta sajian kuliner lewat `gebyar budaya` yang akan digelar di Anjungan Nusantara Teluk Palu," kata Kepala Dinas Pariwisata Sulteng Hj. Siti Norma Mardjanu.

Ia berharap wisatawan akan tertarik untuk datang kembali pada kesempatan berikutnya, atau paling tidak menambah lama tinggal mereka di Sulteng setelah momen GMT.

Selain di Kota Palu, semua kota/kabupaten tempat pengamatan gerhana akan menggelar kegiatan yang sama

"Para wisatawan akan kami hibur dengan berbagai penampilan seni dan budaya, sajian kuliner khas Poso serta promosi obyek wisata, lewat gebyar budaya," kata Kepala Dinas Pariwisata Poso Putra Botilangi yang dihubungi terpisah.

Bahkan, kata Putra, masyarakat akan menabuh gendang dan memukul gong untuk menyambut GMT yang direncanakan akan digelar di kompleks Festival Danau Poso (FDP), di tepi Danau Poso, Kota Tentena, 7-8 Maret 2015.

Putra menjelaskan bahwa lokasi pengamatan gerhana matahari total di Poso akan terpusat di tepi pantai Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, yang jaraknya sekitar 80 kilometer dari kota wisata Tentena.

"Tetapi sebelum hari `H` peristiwa GMT, wisatawan akan dikumpulkan di Tentena untuk dihibur selama dua hari di lokasi Festival Danau Poso (FDP) yakni pada 7-8 Maret," ujarnya.

Sementara itu Tapak Sail Tomini di Dusun Kayubura, Kabupaten Parigi Moutong, juga akan dijejali sekitar 1.000 wisatawan yang akan mengamati GMT pada 9 Maret 2016 mulai sekitar pukul 07.00 WITA.

"Di tempat ini kita bisa nikmati gerhana matahari total sekitar tiga menit. Ini lebih lama dibanding tempat lain seperti Sigi yang hanya sekitar satu menit," kata Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu.

Peristiwa GMT di Parigi bersamaan dengan pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi Sulteng yang akan digelar di lokasi eks Sail Tomini 2115 yang terletak berdampingan dengan Tapak Sail Tomini, yang akan diikuti sekitar 1.300 kafilah.

Menurut Samsurizal dirinya sudah membuka akses untuk persiapan gerhana matahari total tersebut sejak 2012 dengan menandatangani kesepakatan dengan delapan organisasi antariksa.

"MoU saya ada dengan mereka," katanya.

Menurut dia, di wilayahnya, GMT bisa diamati selama sekitar tiga menit mulai dari Kecamatan Sausu sampai Kecamatan Ampibabo. Masyarakat bisa memonitor gerhana matahari total sekitar satu jam dengan tingkat kegelapan 90-80 persen.

"Kegelapan 100 persen itu hanya tiga menit dari Toboli sampai Sausu," katanya.

Komunitas adat terpencil

Di Kabupaten Sigi, persiapan menyambut GMT 2016 tidak kalah heboh. Pemerintah kabupaten konservasi tersebut sejak jauh hari telah menyiapkan Desa Tompu, Kecamatan Biromaru, sebagai pusat pengamatan GMT pada 9 Maret 2016.

Penentuan lokasi tersebut berdasarkan permintaan dari wisatawan karena berdasarkan survey yang dilakukan oleh wisatawan dan pengusaha perjalanan wisata (Asita), gerhana akan terlihat sangat jelas dari desa tersebut.

Selain itu, masyarakat Desa Tompu masih tergolong sebagai komunitas adat terpencil atau suku pedalaman, sehingga menarik bagi wisatawan asing untuk melihat langsung keunikan budaya suku Kaili lewat masyarakat tersebut.

Sementara itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palu telah mempersiapkan pemandu wisata yang melayani para pengunjung yang sebagian besar akan berasal dari Amerika Serikat itu.

Pemerintah Kota Palu telah bekerja sama dengan pihak perhotelan dan pariwisata untuk melatih pemandu wisata agar siap melayani wisatawan yang datang.

Di tempat terpisah Staf pemasaran Hotel Jazz Palu, Yoyok mengatakan kamar hotelnya sebanyak 44 buah telah penuh dipesan oleh wisatawan asal jepang dan Eropa.

Hal yang sama disampaikan Manajer Hotel Mercure, Hotel Roaroa, Swissbell dan Santika Palu bahwa seluruh kamar hotel bebrintang yang mereka miliki sudh terjual penuh pada tanggal 7 sampai 11 Maret 2016.

Gerhana matahari total 9 Maret 2016 hanya akan terlihat lengkap di 12 kota di sepuluh provinsi selama sekitar tiga menit pada pukul 07.00 WIB. Kota-kota tersebut adalah Palu, Poso, Luwuk (Sulteng), Halmahera, Tidore, Ternate, Sampit, Balikpapan, Palangkayara, Balitung, Bangka dan Palembang.

Bagi Sulteng, peristiwa alam ini akan dijadikan momentum untuk menyedot sebanyak-banyaknya kunjungan wisatawan asing, karena itu promosinya dilakukan lebih gencar lagi melalui berbagai media.

Pemprov Sulteng sendiri akan mempublikasikan iven pariwisata GMT ini di beberapa bandar udara internasional di Indonesia seperti di Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Publikasi GMT di bandara internasonal tersebut telah mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Publikasi itu tidak terbatas pada GMT saja tetapi juga seluruh potensi dan kekayaan wisata di daerah ini.

"GMT harus dipublikasikan ke masyarakat internasional. Ini adalah salah satu peluang untuk menarik wisatawan mancanegara lebih banyak berkunjung ke daerah ini," ujar Siti Norma Mardjanu.