Polisi: Teroris Tertembak Di Poso Bukan Santoso

id teroris

Polisi: Teroris Tertembak Di Poso Bukan Santoso

Wakapolda Sulteng/Komandan Operasi Tinombala Poso, Kombes Pol. Leo Bona Lubis. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Kombes Leo Bona Lubis: Jenazah itu bukan Santoso.
Poso, Sulteng (antarasulteng.com) - Polda Sulawesi Tengah memastikan bahwa korban tewas dalam baku tembak antara tim gabungan Polri dan TNI dengan kelompok sipil bersenjata di Pegunungan Ineba, Desa Tounca, Kabupaten Poso, pada Jumat (15/1) bukan Santoso, gembong teroris yang paling dicari aparat keamanan dewasa ini.

"Korban tewas itu berinisial R, seorang warga dari luar Sulawesi," kata Kepala Operasi Daerah Tinombala Kombes Pol Leo Bona Lubis dalam jumpa pers di Poso, Minggu.

Menurut Leo yang juga Wakapolda Sulteng itu, jenazah R kini masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng untuk diidentifikasi.

Meski belum diidentifikasi, polisi yakin bahwa pria yang tewas ini termasuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) yang menjadi target utama polisi.

"Kami sudah pastikan bahwa pelaku yang kita lumpuhkan dan meninggal dunia tersebut bukan Santoso. Kita sudah mendapatkan inisialnya yaitu  R dan berasal dari luar Sulawesi," ujar Leo.

Ia menambahkan bahwa meskipun masih menunggu hasil test DNA dari tim forensik Polda Sulteng, tetapi dari hasil pemeriksaan sementara tidak ditemukan kesamaan ciri-ciri fisik antara korban dan Santoso.

Pelaksanaan tes DNA terhadap jenazah terkendala oleh belum adanya data pembanding karena masih menunggu pengakuan dari pihak keluarga.

"Jadi untuk kepastian identitas korban, saya harap kita bersabar menunggu hasil tes DNA yang paling lambat dua pekan ke depan sudah bisa kita dapatkan dan langsung akan kami jelaskan," ujarnya.
  
Sebelumnya terjadi kontak senjata antara pasukan gabungan polisi dan TNI dengan kelompok teroris di Pegunungan Ineba, Desa Tounca, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Jumat (15/10) sekitar pukul 07.30 WITA menyebabkan seorang terduga teroris tewas di lokasi kejadian.

Baku tembak selama sekitar tiga jam itu terjadi sehari setelah aksi terorisme di depan Gedung Sarinah, Jl. MH. Thamrin Jakarta, yang para pelakunya diduga kuat memiliki jaringan dengan Santoso, pimpinan laskar Mujahiddin Indonesi Timur yang sudah dibai'at menjadi bagian dari ISIS.

Santoso dan sekitar 30 pengikutnya sampai saat ini diyakini masih bersembunyi dan beraktivitas di hutan-hutan pegunungan sekitar Poso Pesisir, wilayah Lore hingga perbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong. 

Polda Sulteng kini menggelar operasi Tinombala untuk mengejar dan meringkus teroris tersebut. (Feri/R007)