Budidaya Keramba Bandeng di PPI Donggala Dipuji KKP

id bandeng

Budidaya Keramba Bandeng di PPI Donggala Dipuji KKP

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Subijakto (kanan) berbincang dengan Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo saat meninjau budidaya keramba bandeng perairan laut berkonsep 'ecoport fisheries' di PPI Donggala, Sulteng, Jumat (11/3). (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Dirjen: Ini inovasi yang mahabagus. Kalau berhasil akan kita kembangkan di daerah-daerah lain.
Palu (antarasulteng.com) - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Subijakto memuji inovasi baru Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah yang membudidayakan ikan bandeng dengan sistem keramba perairan laut di bawah kolong dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala.

"Ini inovasi yang maha bagus dan multimanfaat. Kalau ini berhasil, kita akan kembangkan di tempat-tempat lainnya," katanya usai meninjau keramba budi daya bandeng di bawah kolong dermaga PPI Donggala, Jumat, bersama Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo dan Bupati Donggala Kasman Lassa.

Menurut Slamet Subijakto, budi daya bandeng di laut dengan sistem keramba ini memanfaatkan lokasi yang menganggur dan teknologi ini sukses, akan banyak sekali lokasi di pinggir-pinggir laut yang bisa dijadikan lokasi budi daya.

"Ini tentu akan sangat besar pengaruhnya pada upaya pemerintah meningkatkan produksi perikanan budi daya. Apalagi kita tahu bersama bahwa kita ini masih kekurangan pruduksi ikan bandeng," tuturnya.

Selain itu, bandeng yang dibudidayakan di laut dan di tambak akan berbeda rasanya, komposisi teksturnya juga akan lain, mungkin pula kandungan proteinnya tidak sama.

"Tinggal nanti akan kita uji apakah daging ikan ini tidak mengandung logam berat atau mercuri yang berasal dari limbah kapal. Kalau ini berhasil, kita akan kembangkan teknologi ini di daerah-daerah lain," ujarnya.

Dirjen Slamet Subijakto secara khusus memuji Dr Ir Hasanuddian Atjo, MP, Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng, yang banyak melakukan inovasi teknologi di sektor perikanan budi daya yang diawali dengan penemuan teknologi dudi daya udang supra intensif Indonesia tahun 2013 yang memiliki produktivitas tertinggi di dunia dewasa ini, dan sekarang memulai lagi teknologi budi daya bandeng di laut dengan konsep "ecoport fisheries".

Sementara itu Bupati Donggala Kasman Lassa mengaku kagum dengan inovasi teknologi budi daya bandeng di laut dan bila ini berhasil, pemkab akan mendorong pengembangan teknologi ini di seluruh pantai Donggala.

"Terutama rumah-rumah makan di pinggir pantai, perlu menerapkan teknologi ini sehingga ke depan nanti, Donggala akan terkenal sebagai tempat terbaik untuk menikmati kuliner dari ikan bandeng," ucapnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah mulai 2016 melakukan uji coba pembudidayaan ikan bandeng dalam keramba di bawah kolong dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala dengan konsep "ecoport fisheries" atau pengelolaan yang ramah lingkungan.

Pihaknya membangun dua keramba masing-masing berukuran 8x16 meter di PPI Donggala yang akan ditebari 30.000 ekor benih bandeng tiap keramba. Masa budi daya diharapkan akan berlangsung selama empat bulan dan pertumbuhannya diharapkan 30 persen lebih cepat dari ikan di tambak.

Budi daya bandeng ini, katanya, akan menjadi tolok ukur apakah kondisi lingkungan di sekitar pelabuhan itu terjaga dengan baik atau tidak. Kalau air lautnya tidak tercermar, pasti ikan bandengnya nanti berkembang bagus dan sehat serta aman untuk dikonsumsi, imbuhnya.

Hasanuddin Atjo menambahkan bahwa PPI Donggala merupakan salah satu dari empat pelabuhan di Sulteng yang akan menjadi percontohan dalam pengelolaan pelabuhan dengan sistem "ecoport", di mana seluruh pihak yang terlibat di dalam kawasan pelabuhan wajib untuk me-nol-kan limbah dan pencemaran udara, darat maupun perairan di sekitar pelabuhan.

"Jadi kalau budi daya ikan bandeng dalam keramba ini berhasil dan ikannya dinyatakan sehat dan aman untu dikonsumsi, maka itu berarti bahwa lingkungan di PPI Donggala ini terpelihara dengan baik," ungkap Hasanuddin Atjo yang mengaku sudah pernah sukses menerapkan teknologi ini di Sulawesi Selatan.