Misbahus Salam Dan Ancaman Bahaya "Soft Terrorism"

id misbah

Soft terrorism seperti peredaran narkoba ini harus menjadi perhatian serius dan segera ada penindakan tegas dari aparat agar tidak menyebar luas di Bumi Pertiwi
Jember,  (antarasulteng.com) - Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember, Jawa Timur, KH Misbahus Salam terus melakukan dakwah keliling daerah tentang ancaman bahaya "soft terrorism" yang tak lain adalah bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang.

"Soft terrorism seperti peredaran narkoba ini harus menjadi perhatian serius dan segera ada penindakan tegas dari aparat agar tidak menyebar luas di Bumi Pertiwi," kata Misbahus Salam saat dihubungi dari Jember, Senin.

Motivator IESMQ itu diundang oleh tokoh masyarakat Pekanbaru, Riau, untuk ceramah dan menjadi narasumber dalam berbagai forum kegiatan keagamaan di wilayah setempat pada 22-23 Mei 2016.

Awal kegiatan ceramah IESMQ di Masjid Habiburrahman Kota Dumai yang digelar setelah shalat subuh dan dilanjutkan dengan penyampaian materi IESMQ di Hotel Confort Dumai, kemudian pada malam harinya ceramah di Halaman Masjid Al Amin Kota Dumai melalui acara pengajian akbar yang dihadiri oleh ribuan masyarakat Dumai, bahkan beberapa tokoh agama dari Malaysia juga hadir.

Dalam kesempatan itu, tokoh NU yang akrab disapa Kyai Misbah mengingatkan bahaya "soft terrorism" berupa narkoba karena merusak akal pikiran dan membunuh, serta narkoba secara ekonomi tidak menguntungkan Indonesia karena uang narkoba akan mengalir keluar negeri.

"Akibat narkoba dan minum minuman keras saat ini banyak anak-anak dibawah umur menjadi korbannya, bahkan kasus pemerkosaan dan pembunuhan pada anak akibat dari pengaruh barang haram tersebut," tuturnya.

Ia menjelaskan saat ini Indonesia menghadapi gerakan terorisme, baik secara fisik, pemikiran, maupun budaya. Korban dari terorisme secara fisik (hard terrorism) bisa segera dihitung dengan mudah, sedangkan terorisme secara pemikiran, ideologi, dan budaya (soft terrorism) menelan korban jutaan manusia.

Pertanyaannya, mana yang harus didahulukan, penanganan "hard terrorism" atau "soft terrorism"? Jawabnya, keduanya tentu tidak boleh dibiarkan, sehingga negara harus hadir untuk menyelamatkan masyarakat dari gerakan radikalisme dan terorisme dalam bentuk apapun.

"Soft terrorism seperti peredaran narkoba ini harus menjadi perhatian serius dan segera ada penindakan tegas dari aparat, agar tidak menyebarluas di Indonesia. Pemerintah harus tegas menyikapi narkoba dan miras," ucap Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember itu.

Setiap memberikan dakwah dan menjadi penceramah di berbagai daerah, sosok tokoh muda NU asal Jember itu selalu menekankan tentang ancaman teror dalam bentuk peredaran obat haram narkoba yang sungguh lebih berbahaya daripada bentuk teror lainnya karena narkoba merusak, bahkan bisa membunuh generasi bangsa.