Kondisi Hiu Di Gorontalo Mirip Dengan Filipina

id hiu

Kondisi Hiu Di Gorontalo Mirip Dengan Filipina

Hiu paus (shark whale) yang berenang mencari makan di Desa Botu Barani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (6/4). Ketersediaan makanan yang cukup dan kualitas air laut yang baik membuat tujuh ekor Hiu Paus berukuran 5-10 meter sering datang ke lokasi tersebut. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin) (.

Gorontalo,  (antarasulteng.om) - Peneliti hiu paus dari World Wildlife Fund (WWF), Cassandra Tania mengatakan, kondisi kawasan wisata hiu paus di Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo memiliki kemiripan dengan yang berada di Oslob, Filipina.

"Kemiripan yang pertama adalah kontak pengunjung dengan hiu paus, interaksinya masih bebas sehingga berbahaya bagi kesehatan hiu. Kedua, hiu paus di Oslob juga luka-luka sama dengan di Botubarani akibat membludaknya pengunjung," katanya saat memaparkan data hasil penelitian dalam Lokakarya Hiu Paus di Gorontalo, Kamis.

Hiu paus di dua lokasi itu juga sama-sama mengalami perubahan perilaku, yaitu muncul saat diberikan makanan.

"Tapi di Filipina diberi makan udang utuh, sedangkan di Botubarani hanya kepala dan kulit udang yang sudah pasti miskin nutrisi," tukasnya.

Kemiripan-kemiripan itu, lanjutnya, juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan wisata hiu paus di Gorontalo.

"Perlakuan yang tidak benar kepada hiu paus di Filipina, akhirnya menimbulkan kampanye besar-besaran yang merekomendasikan pengunjung tidak lagi berwisata ke lokasi itu. Kami tidak ingin hal yang sama terjadi di Gorontalo," tandasnya.

Menurutnya hiu paus seharusnya tidak diberi makan, apalagi secara rutin setiap hari oleh para pengunjung seperti di Botubarani.

Alasannya hewan tersebut tidak akan mendapatkan nutrisi penuh dari makanan yang diberikan pengunjung, dibandingkan mencari makan secara alamiah.

Selain itu, hiu paus secara alami tidak menghabiskan banyak waktu di permukaan air, serta bisa terluka karena bergesekan dengan badan kapal saat diberi makan.

"Apalagi hewan ini dilindungi secara penuh oleh Keputusan Menteri Kelautan. Di Probolinggo hiu paus tidak diberi makan, tapi mereka tetap muncul di perairan yang sama," jelasnya.

Cassandra menilai yang terjadi di Botubarani masih merupakan wisata massal, dan belum memenuhi syarat sebagai sebuah ekowisata.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, Sutrisno mengatakan pihaknya sepakat untuk memberlakukan aturan berinteraksi dengan hiu paus dengan benar.

"Seharusnya memang tidak diberi makan. Jumlah dan waktu kunjungan juga harus dibatasi. Kami akan segera menyusun roadmap pengelolaan ekowisata di kawasan ini," ujarnya.

Pelaku usaha wisata bahari, Rantje Allen menyatakan setuju dan mendorong pemerintah untuk segera memberlakukan penghentian makan kepada hiu paus.

Selain aturan yang ketat, ia juga berharap warga dan pengunjung tidak membuang sampah di laut karena mengurangi kenyamanan hiu paus dan wisatawan lainnya.