Pemkot Paparkan Kondisi Keamanan Jelang FPPN

id hidayat

Pemkot Paparkan Kondisi Keamanan Jelang FPPN

Drs Hidayat, MSi (palukota.go.id)

Ubud, Bali,  (antarasulteng.com) - Pemerintah Kota Palu memaparkan kondisi keamanan menjelang Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) di hadapan ratusan wisatawan mancanegara di sela pertunjukan seni musik dan tari perpaduan etnis Kaili dan Bali di Ubud, Bali, Kamis (4/8) malam.

Pemaparan umum kondisi keamanan tersebut disampaikan Wali Kota Palu Hidayat terkait dengan rencana kegiatan kebudayaan yang dikemas dalam FPPN di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah itu, mulai 24 hingga 26 September 2016.

Untuk meyakinkan wisatawan dari berbagai negara dan pemerintah Kabupaten Gianyar serta pemeriintah Kabupaten Badung, Wali Kota Hidayat mengundang Kapolres Palu AKBP Basya Radyananda dan Dandim 1306 Donggala Letkol Kav. I Gede Masa. Mereka memberikan pemaparan tentang kondisi keamanan di daerah tersebut.

"Selama ini berbagai kegiatan nasional yang dilaksanakan di Kota Palu maupun kabupaten tetangga semuanya berjalan aman," kata Basya Radyananda yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Gabriel, seniman bekebangsaan Kanada yang memandu acara pertunjukan seni kolaborasi Kaili dan Bali.

Basya mengatakan bahwa kontak senjata antara kelompok sipil bersenjata di Kabupaten Poso tidak memberi dampak keamanan di Kota Palu.

Hal yang sama juga dikemukakan Dandim Donggala I Gede Masa. Dia mengatakan bahwa jarak Kota Palu dengan Poso relatif cukup jauh. Selama ini Kota Palu maupun kabupaten tetangga terdekat tidak terpengaruh dengan gangguan keamanan isu-isu terorisme.

Ia mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir datang ke Palu hanya karena alasan ancaman keamanan terkait dengan terorisme.

Pemerintah Kota Palu dalam 2 bulan terakhir telah melakukan berbagai upaya dan kerja keras untuk memublikasikan rencana pelaksanaan FPPN.

Berbagai terobosan tersebut, antara lain, peluncuran FPPN di Jakarta oleh Menteri Pariwisata, merintis kerja sama bidang kebudayaan dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Badung, serta melakukan prakegiatan Palu Nomoni melalui kolaborasi pertunjukan seni etnis Kaili dan Bali di Museum Arma Ubud, Bali.

Kaili adalah etnis asli yang mendiami lembah Palu. Etnis ini memiliki kebudayaan yang bersumber dari kehidupan masyarakat lampau. Namun, kini terancam punah karena tidak dilakukan pelestarian secara sistematis dan berkelanjutan

Wali Kota Palu mengatakan bahwa pelaksanaan FPPN tidak sekadar menyedot kunjungan wisatwan mancanegara dan domestik, tetapi juga untuk menghidupkan kembali simbol-simbol kebudayaan yang pernah tumbuh di tengah masyarakat di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah itu.