Gereja Kristen Hadirkan Rektor IAIN Ceramah Kebersamaan

id zainal

Gereja Kristen Hadirkan Rektor IAIN Ceramah Kebersamaan

Rektor IAIN Prof Dr H Zainal Abidin, M.Ag (antara)

sesuai dengan surat dari GKST nomor 17/PP-SS.GKST 46th/X/ 2016, saya diminta untuk hadir menyampaikan ceramah tentang membangun kerbersamaan di tengah keberagaman
Palu,  (antarasulteng.com) - Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) akan menghadirkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Prof. Dr. H. Zainal Abidin M.Ag pada Sidang Sinode Gereja Kristen Sulteng ke-46 yang digelar di Palu, 17-20 November 2016.

Pakar Pemikiran Islam Modern itu, diminta untuk memaparkan materi sekaligus ceramah dengan judul membangun kebersamaan dalam keberagaman dihadapan pemeluk Agama Kristen pada hari Kamis (17/11) di Grand Hall Mercure Hotel Palu.

"Iya, sesuai dengan surat dari GKST nomor 17/PP-SS.GKST 46th/X/ 2016, saya diminta untuk hadir menyampaikan ceramah tentang membangun kerbersamaan di tengah keberagaman," kata Prof. Zainal Abidin, di Palu, Kamis.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota palu itu akan bersedia hadir pada Sidang Sinode GKST tersebut, sekaligus menyampaikan ceramah tentang membangun kebersamaan antar umat beragama atau antar sesama manusia yang hidup di muka bumi.

Ia mengatakan kebersamaan antar sesama manusia dan antar sesama pemeluk agama perlu untuk di jaga dan dikembangkan sebaik mungkin, agar kehidupan terjalin dan teruwud secara harmonis sehingga tidak ada pemeluk agama yang terganggu.

Menurutnya pemeluk agama perlu mengedepankan etika untuk menjaga kebersamaan dalam kehidupan ini, yaitu menghargai dan menjunjung tinggi keyakinan pemeluk agama lain beserta kitab suci yang dipedomani oleh pemeluk agama tersebut.

"Dalam kebersamaan kita perlu untuk saling mengahargai, menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama manusia, jangan kita saling menggunjing, menghina, serta mengutuk seseorang hanya karena berbeda keyakinan," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa sesama pemeluk agama tidak boleh mengedepankan fanatik agama dalam berbuat suatu kebaikan dalam kehidupan sosial, sekaligus suatu perbuatan kebaikan cenderung dipengaruhi oleh pemahaman agama.

"Baik dan buruk telah diatur oleh agama, namun hal jangan sampai kita sesama pemeluk agama membawa fanatik kita yang berlebihan dalam kehidupan sosial. Jangan sampai kita mau menolong orang dilihat dari agamanya, itu pemahaman yang keliru," sebutnya.

Lebih lanjut dia berharap Sidang Sinode GKST ke-46 di Palu dapat terselenggarakan dengan baik serta menghasilkan sutau terobosan yang berdampak pada peningkatan kerukunan antar umat beragama.