Presiden di antara doa dan tuntunan

id jokowi

Presiden di antara doa dan tuntunan

Presiden Joko Widodo melayani para jamaah yang ingin bersalaman seusai menunaikan salat Jumat di Masjid Al Barkah kawasan Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (4/11). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/pd/16)

Jakarta,  (antarasulteng.com) - Jakarta pada 2 Desember 2016 adalah kisah tersendiri yang memiliki banyak makna bagi masing-masing pribadi.

Tak berbeda dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baginya, 2 Desember 2016 ibarat pertaruhan yang dilematis untuk dihadapi.

Langkah dan keputusannya sekecil apapun akan sangat berpengaruh bagi pergerakan dan percaturan politik serta sikap orang-orang terhadapnya.

Sumber di Istana Kepresidenan menyebutkan sejak awal Presiden sebenarnya sangat ingin untuk bergabung dan menemui masyarakat yang mengikuti aksi doa bersama yang akrab disebut 212 tersebut.

Namun berbagai skenario tetap dikembangkan dengan memperhatikan banyak masukan khususnya terkait keamanan Presiden sebagai simbol negara.

 Beberapa waktu sebelum aksi 212 digelar, sejumlah tokoh pun ditemui dan dimintai masukan oleh Jokowi.

 Ia mengatakan langkahnya itu sebagai konsolidasi kebangsaan demi semakin kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto juga terus memastikan faktor keamanan bagi Presiden apabila skenario bergabung dengan massa itu diambil.

"Suasana pada awal masyarakat datang, saya mengikuti dari subuh, mereka berjalan kaki dari beberapa daerah, suasanya suasana yang damai. Karena mereka itu datang bukan berniat melakukan unjuk rasa," katanya.

Maka inilah keputusan yang pada akhirnya diambil, bahwa Presiden bergabung dengan peserta doa bersama untuk menunaikan Shalat Jumat di Monas. Setelah sebelumnya meninjau proyek renovasi Stadion Gelora Bung Karno sebagai venue Asian Games 2018.

Menyiratkan bahwa tekadnya untuk tetap bekerja tak pernah surut meski dalam kondisi apapun.
    
Presiden Mengapresiasi

Rintik hujan semula begitu jarang menyambut Presiden saat keluar menuju selasar Istana Merdeka. Di tempat itu Wakil Presiden Jusuf Kalla menyambutnya bersama sejumlah pejabat yang lain.

Semula ada skenario lain; Presiden akan menjalankan Shalat Jumat di Masjid Baiturrahim yang terletak selangkah dari Istana Merdeka.

Namun nyatanya Presiden berjalan lurus tak sedikitpun berbelok ke masjid tersebut melainkan menuju pintu keluar Istana Merdeka untuk bergabung dengan massa aksi doa bersama di Monas.

Hujan turun semakin deras sehingga Presiden pun menggunakan payung agar tak basah kuyup.

Ia mendapatkan pengawalan yang super ketat dari Paspampres secara berlapis untuk mengantisipasi gangguan keamanan yang mungkin muncul.

Sayangnya bukan sambutan serupa yang ia dapatkan ketika kunjungan kerja ke lapangan, orang-orang hanya menyambut sekadarnya bisa jadi karena mereka belum menyadari kedatangan Presiden.

 Atau boleh jadi memang sinisme yang diutarakan sebagai bentuk kekecewaan atas ekspektasi mereka yang tak dipenuhi sebelumnya pada 4 November 2016.

Meski takbir beberapa kali dipekikkan oleh mereka yang melihat kedatangan Presiden terlebih ketika kehadirannya diumumkan melalui pengeras suara, gema takbir berkumandang semakin meluas.

Hujan yang kian deras mengguyur nyatanya tak menyurutkan para peserta doa bersama untuk menjalankan Shalat Jumat.

Presiden menjalankannya di tenda utama yang didirikan tepat di sisi panggung orasi aksi tersebut.

Usai shalat Jumat rampung, barisan massa dipaksa untuk membentuk lorong agar bisa dilewati panser.

Rupanya, Presiden ingin naik ke panggung utama untuk memberikan orasi singkat. Panser diinfiltrasi sebagai pembelah jalan dan pengaman langkah Presiden.

Meski begitu, kehadiran Presiden Joko Widodo di tengah aksi tersebut memang menjadi sebuah indikasi bahwa aksi yang berlangsung pada siang hari ini berlangsung aman dan damai.

Di hadapan jutaan umat Islam yang berkumpul usai ibadah Shalat Jumat, Presiden pun memberikan apresiasi khusus atas komitmen sebelumnya yang betul-betul dipegang teguh.

"Saya ingin memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada jamaah yang hadir dalam ketertiban sehingga semuanya terlaksana dengan baik. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar," seru Presiden.

Selain itu, dirinya juga berterima kasih kepada para jamaah yang telah mendoakan kebaikan dan keselamatan bagi bangsa dan negara.

Sebelum kembali menuju Istana, Presiden juga mendoakan keselamatan bagi para jamaah yang akan kembali ke tempat tinggalnya masing-masing.

"Terima kasih atas doa dan dzikir yang telah dipanjatkan untuk keselamatan bangsa dan negara kita. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar," ucapnya yang juga disambut pekik takbir jamaah.

Penuh Tuntutan

Setelah Presiden menuruni panggung utama untuk kembali ke Istana, teriakan penuh tuntutan pun menggema.

Sebagian besar mereka meminta Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama agar ditangkap.

"Tangkap, tangkap, tangkap si Ahok, tangkap si Ahok sekarang juga," menjadi lagu yang diteriakkan secara berulang ketika Presiden menuruni panggung dan berjalan sejauh 900 m menuju Istana.

 Ahok yang dianggap telah menistakan agama memang menjadi latar belakang utama aksi tersebut digelar.

Namun dalam berbagai kesempatan, Presiden telah menegaskan bahwa ia tidak akan mengintervensi kasus Ahok.

Di sisi lain, ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga dan merawat kebhinekaan di Tanah Air termasuk ajakan agar mayoritas melindungi minoritas dan minoritas menghormati mayoritas.

 Di luar itu, langkah Presiden untuk bergabung dan turun ke jalan melaksanakan Shalat Jumat bersama rakyatnya patut diapresiasi.

Bagaimanapun, kehadiran Presiden dalam kesempatan kedua itu bukan lagi sesuatu yang diekspektasikan melainkan dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Jika Presiden tidak bergabung maka kepercayaan dan wibawanya di hadapan sebagian kecil mereka yang turut serta melakukan aksi akan semakin menurun.

Media sosial pun dikhawatirkan kembali akan menjadi alat untuk menyebarkan fitnah, kebencian, dan ejekan menyesatkan yang provokatif.

Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menerangkan bahwa kedatangan Presiden dan dirinya ke lapangan Monas merupakan sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya.

 Keputusan tersebut diambil salah satunya didasari atas keyakinan bahwa aksi Doa Bersama tersebut akan berlangsung dengan damai.

 "Memang spontan tadi dan tidak direncanakan. Bahwa rakyat dan kita yakin bahwa itu pertemuan damai dengan doa," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden.

 Adapun yang mendampingi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla siang itu di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Staf Khusus Presiden Johan Budi, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian.

Di antara doa dan tuntutan, langkah Presiden tak surut, sebab pertunjukkan belum lagi usai dan "the show must go on".