TNLL: Butuhkan Rp9 Miliar Kembangkan Wisata Satwa

id lindu

TNLL: Butuhkan Rp9 Miliar Kembangkan Wisata Satwa

Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, Sudaryatna, MM (Foto Antara/Anas Masa)

Sigi,  (antarasulteng.com) - Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Sudayatna mengatakan taman ini membutuhkan dana sebesar Rp9 miliar untuk pengembangan objek wisata satwa endemik di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

"Kami sudah menyusun desain dan anggaran untuk pengembangan lokasi penangkaran burung maleo(macrocephalon maleo) yang merupakan salah satu satwa endemik Sulawesi," katanya di Palu, Rabu.

Lokasi penangkaran sekaligus objek wisata penelitian satwa endemik yang akan dikembangkan itu terletak antara Desa Saluki dan Desa Tuva, Kecamatan Gumbangsa, Kabupaten Sigi.

Dari badan jalan utama poros Palu-Kulawi itu, lokasi penangkaran maleo sekitar 3,1 km masuk dalam wilayah hutan konservasi TNLL.

Penangkaran maleo yang kini menjadi salah satu destinasi wisata yang semakin ramai di kunjungi wisatawan, termasuk dari berbagai negara di dunia tersebut sudah ada sejak tahun 80-an.

Ke depan, kata Sudayatna, lokasi itu akan dikembangkan dengan membangun beberapa sarana dan fasilitas pendukung dalam areal penangkaran.

Selain menambah beberapa tenpat bertelur dan penetasan maleo untuk meningkatkan populasi satwa maleo, juga akan dibangun sejumlah pondok pengataman dan penelitian serta penginapan bagi para wisatawan yang berkunjung.

"Semua sarana dan fasilitas yang akan dibangun tersebut membutuhkan anggaran mencapai Rp9 miliar," kata Sudayatna.

Tetapi dana senilai itu, belum termasuk peningkatan akses jalan dan jembatan memadai dari pintu masuk sampai ke lokasi sepanjang 3,1 km.

Rata-rata pengunjung yang datang ke lokasi tersebut adalah para pelajar, mahasiswa dan pengamat serta peneliti dari dalam maupun luar negeri.

Hingga kini, kata dia, wisatawan yang akan mengunjungi obyek wisata satwa endemik itu jalan kaki atau naik kendaraan sepeda motor melewati kebun-kebun kakao dan kopi masyarakat.

Setelah itu, harus menyusuri sungai dan jika banjir tidak bisa melanjutkan perjalanan dan perlu menunggu sampai banjir surut baru bisa lewat lagi.

Karenanya membutuhkan pembangunan jembatan.

Niscaya jika rencana pengembangan wisata terealisasi, wisatawan akan semakin meningkat mendatangi lokasi alam yang berada di dalam kawasan hutan lindung tersebut.