Potensi Ekonomi Kotoran Sapi Triliunan Pertahun

id Sapi, Kotoran

Potensi Ekonomi Kotoran Sapi Triliunan Pertahun

Illustrasi (ANTARANews)

"Potensi ekonomi yang diperoleh dari kotoran ternak sapi di Indonesia mencatat angka yang sangat fantastis untuk bisa diabaikan pemerintah. Perlu langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya," ujarnya.
Jakarta (antarasulteng.com) - Pakar peternakan dan Wakil Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Penelitian, Bambang Suwignyo menyatakan, potensi ekonomi dari kotoran sapi dan kerbau di seluruh negeri bisa mencapai Rp64,3 triliun setiap tahun.

Bambang Suwignyo dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, menyebutkan, kotoran sapi dan kerbau bisa dijadikan sebagai energi alternatif.

Menurut dia, perkiraan angka potensi ekonomi itu diperoleh dari asumsi perhitungan jika diasumsikan sebagai pengganti kebutuhan energi BBM sebesar 1,23 juta barel per hari (bph), jika kotoran sapi dan kerbau yang dihasilkan dengan asumsi 20 kilogram/ekor/hari sejumlah 345,7 ribu ton/hari, menurut data tahun 2016.

"Potensi ekonomi yang diperoleh dari kotoran ternak sapi di Indonesia mencatat angka yang sangat fantastis untuk bisa diabaikan pemerintah. Perlu langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya," ujarnya.

Ia menerangkan, perolehan angka tersebut didapat dari asumsi perhitungan jumlah ternak sapi dan kerbau Indonesia tahun 2015 sebanyak 17.285.290 ekor, dan kotoran yang dihasilkan 345,7 ribu ton.

Angka itu dinilai setara dengan energi pengganti sebanyak 14,8 juta liter minyak tanah. Angka tersebut diambil dari perhitungan jika semua kotoran sapi dan kerbau dibuat biogas dengan ukuran biodigester 9 meter kubik.

Angka tersebut jika disetarakan dalam rupiah sebesar Rp 176,3 miliar/hari atau Rp64,3 trilun/tahun.

Bambang menjelaskan, energi pengganti minyak tanah itu diperoleh dari biogas yang berasal dari proses degradasi material bio, baik tanaman maupun hewan.

Energi yang berasal dari biogas, lanjutnya, termasuk dalam kategori energi terbarukan dan menjadi sumber energi yang berprospek untuk dikembangkan sebagai pengganti energi dari fosil bahan bakar minyak.

Menurut dia, program biogas juga dapat dirancang tidak hanya dalam konteks mengembangkan biogas sebagai energi alternatif, tetapi juga dalam format pemberdayaan.       
   
"Pemanfaatan biogas pada rumah tangga sekaligus menjadi wahana pemberdayaan masyarakat menuju rumah tangga mandiri energi melalui dicetaknya kader-kader biogas," ucapnya.

Selain itu, ujar dia, pemanfaatan biogas dapat menurunkan pengeluaran rumah tangga keluarga sektor energi karena biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar untuk memasak, lampu penerangan, maupun pembangkit generator, sehingga juga dapat menghemat subsidi pemerintah.***